Follow Us @soratemplates

Jumat, 04 Agustus 2023

SPIRIT DAN MAKNA MERDEKA



Merdeka!
Merdeka!!
Merdeka!!!
Merdeka!!!!
Pekikan itu bukan sekadar gema yang bergema di udara. Ia adalah getaran jiwa, dentuman nurani, dan panggilan ruhani. Ia bukan sekadar kata, melainkan doa, janji, sekaligus sumpah.
Kemerdekaan yang sejati bukanlah sekadar bebas dari rantai penjajahan lahiriah. Ia lebih dalam dari itu, ia adalah kebebasan hati dari segala bentuk perbudakan selain kepada Allah. Sebab, betapa banyak manusia yang tampak merdeka tubuhnya, namun hatinya terbelenggu oleh dunia, hawa nafsu, dan ambisi yang mencekik jiwa.

Riwayat agung dari perang Qadisiyah menyinari kita. Ketika Rib’i bin Amir r.a. berdiri di hadapan Rustum, panglima Persia, ia tidak hanya membawa pedang, tetapi juga membawa risalah. Katanya: “Allah mengutus kami untuk memerdekakan manusia dari penghambaan manusia dengan manusia menuju penghambaan manusia kepada Rabb manusia, dari sempitnya dunia kepada kelapangannya, dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam.”

Lihatlah, kemerdekaan yang sejati adalah ketika manusia kembali pada fitrah penciptaannya. Fitrah untuk menyembah hanya kepada Allah, untuk menundukkan diri hanya di hadapan-Nya, dan untuk merdeka dari segala yang berusaha menggantikan posisi-Nya dalam jiwa manusia.

Kemerdekaan bukan sekadar tercatat dalam naskah proklamasi. Ia harus hidup dalam diri, menyala dalam kesadaran, dan menjelma dalam amal. Bukan sekadar bendera yang dikibarkan, bukan pula seremonial tahunan, melainkan keadaan batin yang tegak dalam tauhid, iman, dan ihsan.

Merdeka adalah ketika engkau tidak lagi menjadi tawanan nafsumu sendiri. Merdeka adalah ketika engkau tidak lagi membelenggu sesama manusia dengan kuasa dan kepentingan. Merdeka adalah ketika engkau bisa menegakkan kebenaran meski harus melawan arus kebatilan.

Betapa banyak manusia terikat bukan oleh rantai besi, tetapi oleh cinta dunia yang berlebihan. Mereka tampak berjalan bebas, tetapi hakikatnya kaki mereka terkunci dalam jerat ambisi, tangan mereka terikat oleh syahwat, dan mata mereka tertutup oleh fatamorgana dunia. Maka, merdeka sejati adalah ketika engkau menjaga fitrahmu. Menjadi manusia yang merawat keaslian diri, menjadi hamba yang sadar akan penghambaannya. Sebab, hanya ketika engkau tunduk pada Allah, engkau akan lepas dari penghambaan terhadap selain-Nya.

Pemikiran merdeka, bukan berarti liar dalam liberalisme. Ekonomi merdeka, bukan berarti tunduk pada kapitalisme. Pemerintahan merdeka, bukan berarti tercerabut oleh sekularisme.
Penghambaan merdeka, bukan berarti tergelincir dalam politeisme.  Kemerdekaan itu bukanlah bebas sebebas-bebasnya tanpa arah. Tetapi bebas dengan kendali, bebas dengan makna, bebas untuk meniti jalan yang lurus. Inilah kebebasan yang membuat manusia mulia, bukan hina; tinggi, bukan rendah; lapang, bukan sempit.

Sebab hakikatnya, ketika engkau memilih jalan selain Allah, engkau kembali menjadi budak. Budak harta, budak jabatan, budak popularitas, budak nafsu. Padahal Allah telah  memuliakanmu untuk hanya menjadi hamba-Nya. Maka, apakah pantas seorang hamba Allah merendahkan diri di hadapan sesama makhluk?
Merdeka berarti berani melawan bukan hanya musuh lahir, tetapi juga musuh batin. Ia bukan hanya perjuangan di medan perang, tetapi juga jihad melawan hawa nafsu. Ia bukan hanya pekikan lantang di hadapan penjajah, tetapi juga bisikan sabar di dalam hati saat godaan syaitan mencoba menyesatkan. Merdeka adalah ketika engkau berdiri tegak di hadapan dunia, namun tetap sujud khusyuk di hadapan Allah. Merdeka adalah ketika engkau berani berkata “tidak” pada kebatilan, namun lembut berkata “ya” pada kebenaran. Merdeka adalah ketika engkau menolak perbudakan modern yang mengikat manusia dengan uang, jabatan, dan gengsi, lalu memilih jalan sederhana bersama ridha Allah.

Merdeka adalah jalan menuju kelapangan. Dari sempitnya dunia, menuju luasnya akhirat. Dari gelapnya kezaliman, menuju cahaya keadilan. Dari kerapuhan hidup yang sementara, menuju kekekalan hidup yang abadi. Inilah makna pekikan Merdeka! dalam pandangan seorang mukmin. Maka, pekikan Merdeka! bukanlah sekadar gema perjuangan masa lalu. Ia adalah doa abadi yang harus kita rawat hingga hari kiamat. Merdeka lahiriah dari penjajahan, merdeka batiniah dari perbudakan hawa nafsu. Sebab hanya dengan itu kita benar-benar merdeka menjadi hamba Allah yang sejati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar