Follow Us @soratemplates

Selasa, 04 Agustus 2020

CANTIK KARENA TAAT

"Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita shalihah
.” (HR. Muslim). 

Semua wanita adalah perhiasan. Hanya wanita shalihah sebaik perhiasan. Setiap perhiasan tentu disimpan, disembunyikan, atau tidak diperlihatkan. Hanya orang-orang yang memiliki legalitas berhak melihatnya. Tidak sembarang orang memandang dan menikmati keindahannya. 

Wanita shalihah sebaik-baik perhiasan dunia. Setiap perhiasan sangat berharga, bernilai, dan bermutu, sehingga di harus dijaga dengan sedemikan rupa. Dalam perspektif Islam, kecantikan seorang wanita, bukan dinilai dari kecantikan fisik semata, namun kecantikan dalam diri berbasis aqidah, ketaatan, dan akhlak mulia. Hanya  Islam yang memuliakan wanita. Tidak ada yang lain. 

Coba dibalik dan dibaca sejarah, dari masa ke masa wanita sering menjadi objek yang diremehkan, derajatnya dianggap lebih rendah dari laki-laki, bahkan sama sekali tidak dihargai. Fatalnya wanita tidak dianggap manusia.  Wanita diposisikan sebagai barang yang bisa dialihtangankan, dijual, dan diwariskan. Hal ini terjadi sebelum kedatangan Islam ke dunia.

Wanita dalam Perdaban Yunani


Pada peradaban Yunani kuno, wanita dianggap sangat rendah, hina, tidak memiliki hak kemerdekaan bahkan diperjualbelikan layaknya budak, tak memiliki hak waris dan hanya menjadi objek pemuas nafsu kaum lelaki. 

Tidak terbayangkan jika hidup di zaman itu. Perlakuan dzalim terhadap wanita sungguh luar biasa. Tidak satupun ideologi dunia mampu menyelamatkan manusia ketika itu. Bahkan para filosof alam seperti Plato, Aristoteles, Socrates, Epicurus dan sebagainya. Dengan ketinggian filsafatnya, toh tidak mampu menyelamatkan wanita ketika itu.

Wanita dalam Peradaban Romawi


Wanita dalam peradaban Romawi berada dalam kekuasaan ayahnya. Ayahnya berkuasa penuh terhadap diri wanita. Mau diapa-apakan oleh ayahnya tidak masalah. Namanya juga berkuasa atas anak perempuan. Terserah ayahnya. Setelah menikah kekuasaan berpindahlah dari ayah ke suaminya. Boleh jadi suaminya lebih kejam dari ayahnya, atau sebaliknya. Ayah lebih kejam dari suaminya. 

Wanita dalam Ajaran Yahudi Konservatif


Wanita dalam ajaran Yahudi konservatif pun dianggap layaknya pembantu dan boleh dijual karena anak perempuan tidak bisa mewarisi apapun jika ayahnya tidak memiliki anak lelaki. Sama halnya dalam ajaran Nasrani yang beranggapan bahwa wanita sebagai pangkal dari sebuah kesalahan dan dosa. Mereka menganggap wanitalah yang bertanggung jawab atas diusirnya Nabi Adam dari surga, karena Hawa lah yang pertama kali termakan rayuan setan. 

Begitu pun dengan bangsa-bangsa lainnya, sebut saja India, Cina bahkan bangsa Arab Jahiliyah yang menempatkan wanita di posisi yang rendah dan hina. Bahkan pada masa jahiliyah bayi wanita  harus dikubur hidup-hidup, karena dianggap aib dalam keluarga. Demikian nasib kaum perempuan di masa lalu awal abad ketujuh sebelum datangnya Islam.

Islam Memperlakukan Wanita


Islam memandang hakikat seorang wanita sangat mulia dari semua peradaban dunia. Allah menciptakan laki-laki dan wanita untuk tujuan yang sama, yaitu untuk menyembah Allah dan taat kepada-Nya. Hak dan kewajiban antar laki-laki dan wanita pun berbeda, disesuaikan dengan kodrat yang telah Allah ciptakan. Misalnya laki-laki memperoleh kemuliaan dengan mencari nafkah, sedangkan wanita memperoleh kemuliaan dengan mengurus rumah tangga. Namun tujuannya sama-sama beribadah kepada Allah Subhanahu Wata'ala, dan mencari Ridha-Nya. 

Di dalam Islam, kemuliaan seorang wanita harus dilindungi, dijaga, dipelihara dengan seperangkat aturan Allah Subhanahu Wata'ala. Ketika kecil dia dimanja orang tuanya. Ketika jadi istri disayangi dan dilindungi suaminya. Ketika tidak punya ayah dan tidak punya suami dijaga oleh saudara lelakinya.

Saking ketatnya penjagaan Allah Subhanahu Wata'ala, maka diturunkan al-Qur'an surat al-Ahzab ayat 59 terang hijab. Agar terjaga kehormatannya. Terpelihara iffah, 'izzah dan muru'ahnya. 

Jadi wanita dalam Islam diwajibkan memakai hijab, bukan untuk mengekang wanita. Namun untuk menjaga kehormatan wanita. Hanya wanita terhormat yang tidak sembarangan orang menyentuh dan melihatnya. Seperti seorang ratu, apakah semua orang menyentuhnya, tentu orang yang berhak saja.

Secara logika, kita saja enggan mencicipi makanan terbuka, apalagi dikerubuni lalat. Kita lebih memilih makanan yang tertutup, diletakkan dalam etalase kaca. Kacanya pun ditutuo, sehingga jauh dari berbagai penyakit, virus, kuman, dan penyakit. 

Seiring perkembangan zaman, menjadikan wanita banyak yang melenceng dari kodratnya. Wanita tak lagi memiliki rasa malu dan senang menampakan auratnya. Kecantikan seorang wanita tak lagi dinilai dari akhlaknya tapi dinilai semata hanya dari penampilan luarnya saja. Kita lihat saja ajang kecantikan dunia, sejatinya wanita ini sedang diekspoitasi tubuhnya, disuruh melenggak-lenggok di atas ‘catwalk’ dengan busana minim bahan alias bikini, dipandangi oleh jutaan pasang mata yang menikmati setiap lekuk tubuhnya. Sayangnya mereka tidak menyadari  semua itu bentuk sebuah eksploitasi, bahkan tampaknya para wanita ini bangga dengan gelarnya sebagai wanita tercantik sejagat raya. 

Saat ini, ada wanita yang kehilangan rasa malu dan gemar mengumbar aurat. Menganggap ini adalah hal yang lumrah. Malu merupakan sifat yang wajib dimilki oleh wanita, karena merupakan sifat yang terpuji yang mampu mengendalikan orang tersebut dari perbuatan yang tidak sepatutunya dilakukan. Karenanya rasa malu  sebagian dari iman. Sesuai sabda Rasulullah SAW “Iman itu terdiri dari 70 sekian cabang. Cabang iman yang paling utama adalah ucapan la ilaha illallah. Sedangkan cabang iman terendah adalah menyingkirkan gangguan dari tempat berlalu lalang. Rasa malu adalah bagian dari iman.” (HR. Bukhari).

Jika wanita sudah tak memilki rasa malu maka sungguh celakalah ia. Sehingga benar apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat. Pertama adalah suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan yang kedua adalah wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian-sekian.” (HR. Muslim). 

Hadits ini merupakan salah satu mukjizat dari Rasulullah SAW dan itulah yang terjadi. Saat ini, banyak wanita yang berpakaian tapi telanjang, bahkan tak berpakaian sama sekali. Banyak wanita yang berjalan melenggak-lenggokkan tubuhnya dan juga wanita yang kepalanya seperti punuk unta. Jangankan surga, bagi mereka mencium bau surga saja tak bisa, padahal wangi surga bisa tercium dari jarak 500 tahun (menurut Imam Malik). 

Ingatlah! Jangan sampai kita para Muslimah tergoda dengan bujuk rayu setan yang akan membawa kita ke jurang neraka. Berkedok seni, tubuh wanita menjadi sebuah objek yang laris manis di pasaran. Berlandaskan kesetaraan gender, perempuan ingin dibuka batasan auratnya sama seperti laki-laki.  Mereka berdalih, ketika kita mencintai tubuh kita maka tunnjukanlah kepada khalayak ramai bagaimana kondisi bentuk tubuh kita. Ketika seorang wanita sudah hilang rasa malunya, sebenarnya wanita tidak lagi menjadi mulia. Allah pun telah mencabut rasa malu dari dirinya. 

Sebenarnya, tak perlu menunjukkan aurat agar mendapatkan gelar sebagai wanita yang cantik. Cantik yang diharapkan hanyalah cantik di mata manusia, tetapi tidak terlihat cantik di hadapan Allah Subhanahu Wata'ala. Jadilah wanita yang cantik karena taat kepada Allah. Jadilah cantik karena malu kepada Allah, malu untuk berbuat maksiat. Jadilah wanita yang cantik bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak. 

Islam menggambarkan perjuangan wanita agar terlihat cantik. Ketika bayi dan anak amat disayangi, di usia hadhonah diurusi dengan siatem Ilahi. Dimasa muda ditempa dengan kemuslimahan sejati, kemudian tanggung jawab melindungi dari ayahnya berpindah dengan mitsaqan galitsa (perjanjian kuat) antara ayah, suami, penghulu, dua orang saksi, disaksikan semua yang hadir, dan disaksikan dan dido'akan oleh malaikat. 

Proses ini membuat wanita menjadi cantik hakiki. Jadi kecantikan itu berkaitan langsung dengan pemahaman wanita itu tentag dirinya sebagai wanita. Ditambah pemahamannya pada anak lelakinya, anak perempuannya, suaminya, harta kekayaannya, kehormatannya, memuliakan suami, dan tentang syakhsiyah Islamiyyah ya secara komprehensif. 

Jadi wanita cantik karena taat, bukan karena bukan karena buka aurat. Wanita itu cantik karena terhormat, bukan karena maksiat. Wanita itu cantik karena pemahaman keislaman dan proses ia paham tentang Islam itu sendiri. Bukan karena  kebebasan atas dasar hak azasi, yang mati suri ketika melihat wanita muslimah didzalimi di berbagai negeri. 

Wallahu A'lam Bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar