Sahabat taat, indah didengar, sejuk dipikirkan, senang dilihat, dan menyelamatkan di dunia, dan memberi syafaat hingga akhirat.
Perspektif Sahabat Taat
Mungkin ada di antara kita berpendapat, "Ah Teori" mana ada zaman now sahabat seperti itu. Jangankan memberi syafaat di akhirat, ketulusan persahabatan di dunia aja susah didapat. Sering berselisih, bahkan konflik jadi romantika harian.
Mungkin ada yang meyakini, jangankan sahabat taat, yang peduli dan empati dari hati sulit dicari. Senyum saja pakai pretensi. Tersenyum jika ada mau, maksud, ada udang di balik bakwan...eh batu. Hari ini sangat langka persahabatan tanpa pamrih.
Namun tahukah kita...mengapa kita langka bertemu sahabat taat? Dan kita belum menemukan sahabat taat. Barangkali hidup kita masih dicekoki pemikiran trend kekinian, bernuansa kapitalis, liberalis, materialistis, dan hedonis. Bersikap baik kepada orang lain, jika orang lain itu juga baik dan bermanfaat.
Semua diukur dengan manfaat. Kita seakan menjadi orang pragmatis berpikir praktis. "Jika tidak ada untung, mengapa harus berteman denganya". Jika tidak memberikan manfaat bagi saya, ngapain repot-repot peduli." Kita seakan terlalu lugu ('Lu, Lu, Gua, Gua)....ha...ha.
Ada kesan dalam hidup jaman now, semua nilai persahabatan seperti nilai insaniyah, ruhiyah, khuluqiyah sirna, hanyut dibawa arus nilai materi (madiyah). Akibatnya, pengkhianatan, gunjingan, sikut mengikut, sakit hati, dendam, permusuhan, dan pendangan sinis mewarnai interaksi dan pergaulan kita. Sehingga tidak heran ada ungkapan, "Tidak ada teman yang abadi, tidak ada musuh yang abadi, yang ada hanya kepentingan yang merajai...eh abadi."
Hikmah Punya Sahabat Taat
Makanya tiada nikmat senikmat-nikmatnya, tiada sesyukur-sesyukurnya jika kita memiliki sahabat terkasih, dan serelung hati. Sahabat tersayang bukan kepalang. Dia menerima diri kita apa adanya. Di saat susah maupun senang. Dia yang merangkul diri kita, di saat sedih maupun bahagia.
Paling luar biasa adalah sahabat taat. Suka ngomelin kita kalau kita salah. Hampir keliru saja langsung diceramahi. Mendiskusikan dengan serius jika keliru kita selangit. Mengingatkan untuk terus di jalan yang lurus. Belok sedikit langsung menjewer telinga. Kalau putar arah langsung dikejar dan menyalib kita dari belakang. Tidak pernah bosan tuk ingatkan selalu beramal shalih.
Sahabat taat, yang menguatkan hati tuk tetap melangkah dan istiqamah. Kita mengeluh sedikit saja, dia menyemangati, bahwa derita kita belum apa-apa dibanding para sahabiyah. Jika kita merasa lemah, dia ingatkan komitmen kita, bahwa kita berjual beli dengan Allah Subhanahu Wata'ala. Jika kita melanggar hukum syarak dia selalu sebutnya pertanggungjawaban di Yaumul Hisab dan panasnya neraka. Itulah sahabat, yang seiring sejalan dalam ketaatan dan selalu mengajak ki pada kenikmatan surga Allah.
Tiada keindahan seindah permata, selain sahabat taat, seperjuangan bercita-cita surga. Takkan mampu dibayar dengan intan berlian paling mahal. Dialah sahabat yang mempersamai kita dunia akhirat. Senada dengan ungakapan Umar bin Khattab:
“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (sesama muslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.” [Quutul Qulub 2/17]
Bahkan jika kita masuk neraka, pun dia selamatkan, dengan syafaat yg diberikan Allah Subhanahu Wata'ala. Imam Muslim meriwayatkan dalam haditsnya bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Hingga setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan keselamatan untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari Kiamat. Mereka memohon, Wahai Rabb kami, mereka itu (sebagian yang tinggal di neraka) pernah berpuasa, shalat, dan juga haji bersama kami.”
Lalu dikatakan, ‘Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.’ Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka. Kemudian para mukminin ini pun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka. Kemudian orang mukmin itu berdoa: “Wahai Rabb kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka sudah tidak tersisa.” (HR.Muslim)
Mencari Sahabat Taat
Itu di antara keagungan sahabat taat. Namun tidak semua orang berminat. Seakan sulit didapat, kecuali dalam kisah para sahabat. Sebenarnya logika kita yang kurang tepat. Mencari sahabat taat dengan alasan sesaat. Mengutamakan asas manfaat, terkesan salah niat. Makanya sahabat taat langka didapat. Mungkin diri kita yang belum pantas untuk mendapat sahabat taat. Sebab, seperti diri ini yang masih jauh dari taat. Maka sah-sah saja belum ketemu dan dipertemukan dengan sahabat taat.
Kata murabbi saya, jika ingin mendapatkan sahabat taat. Carilah dia di majelis-majelis ilmu. Di liqa'-liqa' Di kajian-kajian Islam. Di sana berlangsung majlis dzikir, dinaungi dan dido'akan para malaikat. Di tempat itu, kita akan temukan sahabat sevisi, semisi, sestrategi, dan seperjuangan. Memperbaiki diri tiada henti. Tholibul 'ilmi tuk berkepribadian Islami. Di sana akan berkumpul hati-hati penuh kasih, seiring sejalan menuju ridha Ilahi.
Memang kita akui, sekarang masa pandemi. Kurang kondusif mencari sahabat taat dalam kehidupan sehari-hari. Apa salahnya kita ikuti kajian online. Bergabung banyak komunitas kajian Islami. Asalkan ada niat paling tulus di hati, insyaa Allah diberi kemudahan. Hanya saja diri ini terlalu egois untuk duniawi. Lebih memilih komunitas ilmiah, literasi, kadang ibu sosialita agar eksistensi diakui. Mengikuti trend terkini, seolah komunitas kita paling bergengsi. Meskipun kadang kesadaran terdalam meronta tak terperi, karena tidak mendapatkan faedah dan makna di sisi Ilahi. Selain capek dan rugi duniawi dan ukhrawi.
Sahabat taat diperjuangkan dengan meningkatkan taat diri lebih dahulu. Jika kita menginginkan sahabat taat, diri sendiri belum taat, tentu tidak akan mau bersatu antara penjual minyak wangi dengan tukang besi. Tentu akan sulit seirama dalam kata dan tingkah laku. Yang satu membolehkan riba, yang lain menganggap riba dosanya luar biasa. Setiap hari akan berselisih tentang hukum syarak yang haramnya sudah pasti, bersumber dari dalil qarh'i. Satu suka bersolek (tabarruj) yang lain bersolek hanya di depan suami, mungkin menilai teman tidak satu frekuensi. Akhirnya berpisah di simpang jalan, karena berbeda kecenderungan.
Memang susah-susah gampang menemukan sahabat taat. Banyak susahnya dari pada gampangnya. Namun bukan berarti mustahil untuk dilakukan. Mencari jodoh shalih dan shalihah saja susah, kata jofisa jumlahnya "satu banding seribu" mungkin sahabat taat juga begitu. Tapi bukan berarti kita menghentikan langkah, karena lelah.
Mengejar kebaikan itu butuh kerja ekstra. Tidak cukup hanya berdo'a, lalu kita menunggu Allah mengirimkan bidadari tanpa sayap dari surga. Kalau di surga memang seperti itu, ketika ingat langsung datang. Ini dunia Sister Fillah...semuanya butuh perjuangan, karena memang sunatullahnya dunia tempat berjuang. Bukan untuk bersenang-senang. Kalau untuk bersenang-senang besok, di surga...Insyaa Allah semua kita akan pulang kampung ke sana...
Mencari dan menemukan sahabat taat itu sangat perlu. Hal ini diingatkan oleh Imam Syafi'i, "Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah, maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskan. Karena mencari teman baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali."
Kadang logika dan nafsu kita berkata "Untuk apa punya sahabat nyinyir seperti itu, sedikit-sedikit taat, sebentar-sebantar Allah. Itu bisikan setan Sisterfillah...Waspadalah, setan selalu bergembira di atas dosa dan maksiat kita. Nanti di akhirat ia akan berlepas tangan alias tidak bertanggung jawab. Dia sampaikan pidato paling menyentuh hati di hadapan penghuni neraka. Pidato setan ini diabadikan Allah dalam surat Ibrahim ayat 22, artinya:
“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: ‘Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu, tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.’ Sesungguhnya orang-orang yang dhalim itu mendapat siksaan yang pedih." (QS. 14:22)
Untuk itu, sesekali kita kita eksekusi pendapat Al Hasan Al Bashri, "Perbanyaklah sahabat-sahabat mukminmu, karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat.''
Ibnul Jauzi pun pernah berpesan kepada sahabat-sahabatnya sambil menangis, ''Jika kalian tidak menemukan aku di surga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada Allah tentang aku, 'Wahai Rabb kami, hamba-Mu fulan sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang Engkau. Maka masukanlah dia bersama kami di surga-Mu.''
Ya Rabb...bantu hamba menemukan sahabat taat...dan perbanyaklah Sabahat taat hamba dari yang ada sekarang, aamiin.
Bumi Allah, 29 Agustus 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar