PERCAYALAH, SEMUA TAKDIR ALLAH ITU SEMPURNA
Banyak masalah hadir dalam hidupmu. Kesulitan demi
kesulitan datang silih berganti, ketika satu kesulitan selesai muncul satu atau
dua kesulitan lain. Seolah-seolah hidup pertukaran kesulitan. Mungkin kamu lelah, tenaga dan pikiranmu
terkuras, semangat hidupmu hampir hilang, dan kamu merasa tidak sanggup
melanjutkan perjalanan. Menepilah sejenak!, tenangkan pikiran, resapi semua
rasa yang hadir, dan nikmati semua momentum sepahit apapun itu.
Kamu hanya perlu waktu menata pikiran dan segenap
rasa, untuk memilih respon terbaik atas semua kejadian. Tidak satupun kejadian
itu negatif alias buruk. Semua kejadian sangat baik, jika dipahami dengan
perspektif keimanan. Semua kejadian itu tertata rapi dalam pengaturan Sang Pencipta.
Semua peristiwa yang menimpamu tidak keluar dari ruang lingkup takdir terbaik
untukmu. Hanya saja sisi kemanusiaanmu yang membuatmu enggan menerima,
memblokir kejadian, menolaknya, dan mempersepsinya secara negatif. Itulah egomu, pemberontakan alam tidak sadarmu
yang selalu mencari kanal menuju hedonik. Bisa saja akibatnya kamu
merasionalisasi seakan-seakan alasamu benar. Kadang kamu merefleksi kejadian
tanpa muhasabah, atau melakukan banyak denial atas peristiwa di luar
espektasimu.
Ego kadang membuat berbagai pertahanan agar
merasa tenang, stabil, tetap eksis,dan terhindar dari kecemasan, meskipun itu
patalogi. Jadi, sisi kemanusiaanmu yang
membuatmu menolak kejadian yang kamu
anggap buruk, padahal di sisi Rabb-Mu semua itu baik untukmu. Kamu seakan egois, hanya siap
menerima segala hal yang menyenangkan, dan menolak segala hal yang tidak
menyenangkan. Kamu mempersepsi yang
menyenangkan itu baik dan yang tidak
menyenangkan itu buruk.
Percayalah semua takdir Allah itu baik, semua
kejadian mengandung pelajaran atau ibroh berharga. Satu kejadian bias jadi
ujian untuk menakar kualitas dan meningkatkan keimananmu, bias juga sebagai
peringatan dan penghapus dosa yang telah kamu kerjakan. Keduanya sama-sama
baik. Allah tidak pernah mengecewakan hamba-Nya, janji-Nya selalu benar. Allah
Maha Esa selalu menepati janji. Segenap rasa negatif yang hadir dari suatu
peristiwa, kamu sedih, kecewa pada dirimu dan orang lain bahkan pada dunia,
galau yang terus muncul, gundah gulana, resah, gelisah bahkan mengeluh. Boleh jadi
ada yang salah dengan imanmu, ada yang keliru dengan ‘aqidahmu pada semua rukun
iman termasuk rukun iman keenam, yaitu berima kepada qadha dan qadar.
Seorang muslim beriman tangguh idealnya
bermental baja, tidak mengelauh tertimpa musibah. Dia terus melatih diri untuk tetap
husnusdzon pada Allah, ridha (menerima) semua ketetapan Pencipta,
melipatkangandakan kesabaran, mengikhlaskan semua kejadian, istiqamah dengan
kebenaran, dan kuat tawakkalnya pada Sang Pengatur Kehidupan (Allah Subhanahu Wata’ala). Bahkan masih
mampu melafalkan “Alhamdulillah ‘ala kulli haal.” Kunci utama menghadapi
peristiwa hidup ada tiga: (1) bersyukur dalam keadaan apapun, (2) bersabar atas
setiap kesulitan, dan (3) ikhlas menerima setiap ketetapan Allah Subhanahu Wata’ala.
Cobalah membujuk hatimu untuk tidak tenggelam
dalam kesedihan, kecewa, resah, gelisah dan semua rasa negatif yang sengaja
kamu pilih. Bukan kamu tidak kuat, hanya saja kamu belum menemukan cara yang
tepat dalam merespon kejadian. Perasaan
negatif itu akibat pikiranmu yang keliru mempersepsi kejadian. Jika saja
persepsimu positif terhadap satu kejadian, maka perasaanmu akan tenang,
perilakumu akan baik, dan kamu mampu menata langkah terbaik dalam melanjutkan
perjalanan yang masih tersisa. Kamu
memiliki cukup energy untuk tetap optimis menatap hari esok.
Pahami hakikat dunia. Dunia diciptakan sebagai
tempat beribadah, berusaha, berikhtiar, dan bekerja keras demi hari esok lebih
baik. Hari paling esok adalah akhira, bukan sekarang dan di sini (dunia ini),
tetapi di sana di surga Allah. Surga tempat kembali paling sempurna, paling
indah, dan paling membahagiakan. Lalu alas an apa sebenarnya yang membuat kamu
sedih dengan hiruk pikuk dunia? Toh sifat dunia memang tidak sempurna, dunia
hanya sarana mencapai kebahagiaan akhirat, ibarat musafir dunia hanya tempat
mengumpulkan bekal menuju jannah.
Alasan inilah yang membuat kita tetap kuat,
semangat, dan memilih langkah paling tepat. Upgrade syaqofahmu tentang Islam,
tentang hakikat dirimu diciptakan, tentang tata cara hidupmu di dunia ini, cara
paling tepat menata hubungan dengan Allah, dengan manusia lain, dengan alam,
dan dengan dirimu sendiri. Hanya dengan
cara itu kamu mampu memposisikan seluruh responmu terhadap semua peristiwa
dunia, dalam mencari ridha Allah Subhanahu Wata’ala, Wallahu A’lam.