Follow Us @soratemplates

Selasa, 06 Januari 2015

BERLOMBA DALAM KEBAIKAN


Hidup bukan hal sederhana, namun kompleksitas keinginan, kebutuhan, aktifitas, perasaan, dan akibat. Semua berkompilasi menjadi rangkaian utuh deskripsi sejarah hidup seseorang. 

Sejarah hidup kadang diciptakan sendiri oleh individu. Kadang dipaksakan orang lain. Kadang direncanakan secara internal. Kadang juga dikebiri secara eksternal.

Hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun tetap harus dijalankan dengan baik, dengan benar, dan normatif. Kita diajarkan oleh orang tua untuk mencintai kebaikan, suka berbuat baik, dan berjuang untuk menegekkan kebaikan. Dengan tujuan dan maksud baik, tetapi sebagian kita mungkin jarang mempertanyakan alasannya, mengapa harus begitu?. 

Kita hanya menerima pesan kebaikan apa adanya, karena memang mengandung kebaikan. Bersama berlalunya waktu, aku meragukan pesan tersebut, dan mencoba mencari jawaban. Ternyata kutemukan, mencintai kebaikan itu memiliki multi efek, baik secara personal maupun sosial. 

Secara personal menurut perspektif psikologis ternyata menenangkan, menenteramkan hati, dan meningkatkan kesehatan mental, sedangkan secara sosial, kita mampu menyelamatkan hidup, diri, dan masa depan orang lain. 

Kebaikan idealnya komprehensif, mulai dari niat atau keinginan, cara melakukan atau proses sampai pada tujuan kita. Artinya kebaikan itu murni terlihat dan terasa baik oleh kita terutama sekali orang lain. Distorsi akan terjadi ketika kita ingin seseorang menjadi baik, namun cara kita salah maka akan terasa tidak baik baik bagi orang lain. Begitu juga cara kita baik namun tujuan dan niat kita tidak baik, kita akan dilabeli sebagai orang munafik bagi orang lain. 

Jadi, apabila kita ingin berbuat baik pada orang lain, atau ingin atau bertujuan memperbaiki orang lain, cara kita memperbaikinya juga ma'ruf dari hulu hingga hilir, dari awal sampai akhir, atau dari niat sampai tujuan juga baik. 

Kehidupan adalah lahan untuk menyemai kebaikan. Mewujudkan manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain, diri kita dan dunia. Ikhtiar secara berkesinambungan untuk menggapai kemaslahatan. 

Hati kita menolak jika ada yang mengatakan: "Sebenarnya tujuan saya baik, agar dia lebih baik di masa yang akan datang" Tujuan baik saja tidak memadai, jika cara kita mencapai tujuan baik menurut kita, dengan menyakitkan hati orang. 

Kata nenek saya: "Maksud hati ingin mendirikan masjid, namun terlihat seperti camp penyiksaan. Hal ini mungkin merefleksikan pada kita, bahwa kita sering kali berdalih dengan mencari alasan yang seolah-olah terlihat rasional, namun sebenarnya kita sangat marah bahkan benci pada orang lain. 

Kita mungkin pernah tidak jujur dangan hati kita sendiri. Kebaikan tidak terkontaminasi dengan maksud dan dalih apapun. Bagaimanapun kita bersikeras mengatakan, bahwa itu demi untuk kebaikan. Jika cara kita salah tetap dinilai sebagai hal yang tidak baik. 

Kabaikan itu hal yang agung. harus dijunjung tinggi, dihargai dengan cara dan tujuan baik. Makanya kita dituntut untuk berlomba dalam kebaikan, bukan siapa ingin memperbaiki siapa, tetapi Siapa yang yang mencintai kebaikan. Selalu Berniat, Bertujuan, Berkata, dan Berbuat Baik. Selalu Berbuat Baik dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun.

Batusangkar,06 Januari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar