Follow Us @soratemplates

Selasa, 26 Mei 2020

UJIAN PERSAUDARAAN


Tanpa terasa waktu berlalu. Empat puluh tahun lalu. Kehadiran demi kehadiran yang lain menambah suasana haru. Kita terus tumbuh waktu demi waktu. Hingga tak lagi seperti dulu...

Masa-masa indah dulu telah menjadi kenangan. Bersama waktu dan perjalanan angan. Ujian dan cobaan terus berjalan. Hingga sampai di persimpangan jalan.
Jalan ujian dan cobaan yang tak mampu dipecahkan. Karena ego diri yang sulit diruntuhkan.

Inilah hidup, medan ujian selalu menanti. Ketika tak mau lagi menyatu dalam kata dan ikatan hati.
Inilah ujian sejati, ketika tidak bersama-sama lagi...

Akankah suasana itu masih sama. Ketika dahulu terganggu, sebentar, lalu kebersamaan hadir seketika. Tanpa masa, tanpa rasa yang ada hanya cinta dan rasa senasib yang sangat kentara...

Ketika ada yang mengganggu...dipanggil salah satu...dengan segenap upaya membela, karena merasa sama. Tiada sekat, tiada tabir, apalagi jurang menganga.

Ketika membela karena bersalah atau membela karena benar tidak dipikirkan. Hal terpenting hanya karena bagian dari perasaan dan ikatan. Demi sebuah kata yaitu ikatan keabadian. Idealnya berharga dari semua ikatan. Meskipun dibeli dengan selaut kekayaan.

Dulu, ketika makan dihidangkan...berbagi bersama menjadi kebiasaan. Meskipun makan dengan nasi putih dan ikan asin, terasa penuh kenikmatan....

Ketika sang pemimpin gubuk pergi, kemudian pulang ke rumah membawa sekotak nasi. Berebut makanan kesukaan hati. Makan bersama selalu dinanti. Untuk saling ikatkan hati. Namun kini hanya tinggal mimpi. 

Betapa indah memori masa-masa itu. Ketika moment kebersamaan tinggal kenangan yang tercatat di lembaran masa lalu. Kian kelabu dan berdebu. Sementara pelataran sukses dunia menjadi pemisah yang paling tabu.

Ketika salah satu sukses yang lain merasa jelata. Semua berbeda. Merasa tidak ada lagi rasa. Ikatan kian terlepas di tengah masa. Tanpa berusaha untuk mempertahankannya.

Ketika satu merasa terhormat, yang lain merasa bukan siapa-siapa. Namun ikatan tetap ikatan sampai dunia binasa. Bahkan sampai perpisahan sebenarnya tiba. Tahukah kita bahwa perpisahan sebenarnya adalah ketika satu masuk surga yang lain masuk neraka.

Berasal dari tempat yang sama. Dibesarkan dengan cara yang sama. Hingga dewasa. Kemudian pindah, karena pilihan hidup dan nasib berbeda. Namun ternyata pilihan hidup tidak saja membuat berbeda, namun cara memandang dan merasakan ikatan juga berbeda.

Ikatan yang sama, tidak lantas membuat sama. Banyak perbedaan yang sengaja diperlebar hingga jurang pemisah semakin terbuka. Hingga sepenggal harap untuk saling mengirim do'a begitu langka luar biasa.

Dunia tempat ujian, tempat menguji iman, kekuatan, dan daya tahan untuk bertahan dengan penuh keistiqamahan. Bukan tempat berjuang mati-matian mengumpulkan kefanaan. Hingga harus melupakan semua ikatan yang digariskan Yang Maha Pengatur kehidupan...

Dunia adalah wadah mengumpulkan bekal untuk pulang kampung ke surga. Tempat Kakek Adam 'Alaihi Salam, dan Nenek Hawa diciptakan Sang Pencipta. Maka hidup di dunia tentang siapa yang layak masuk surga dengan keunggulan taqwa. Bukan tentang siapa yang punya harta benda sampai sepenuh dunia. Lalu bangga dan merendahkan yang lainnya.

Dunia tempat ujian tanpa spasi, tanpa henti, hingga kita berhenti sendiri atau dihentikan Ilahi. Hal ini mengajarkan tentang arti hidup hakiki adalah nanti, bukan sekarang ini. Jika kita menghabiskan semua masa dengan rasa unfaedah, maka kita akan kalah oleh masa. Tau-tahu ajal tiba. Tanpa ada yang dapat diubah, hanya akan menambah deretan duka. Lalu di Padang Mahsyar saling mencari karena ada luka yang terus dipelihara.

Kini...di sini..menyendiri dalam sepi. Dalam kesendirian menyisihkan hati, semata untuk Ilahi. Jika semua ruangan sepi dan sunyi, hanya dzikir yang selalu mengisi hati. Sedih sejati adalah ketika Allah benar-benar tak peduli lagi. Itulah kehilangan sejati.

Di sini, si sudut sepi, mengejar mimpi tuk berarti bagi Ilahi. Ketika satu pintu tertutup, niscaya pintu lain akan terbuka untuk berbagai terhadap insani. Masih banyak manusia menanti, walau sekadar belajar cara mengeja hati, mengukir mimpi, atau berarti di dunia ini. Jika dilakoni sepenuh hati, Insyaa Allah menjadi ilmu yang bermanfaat di akhirat nanti. seperti dikatakan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

"Apabila mati anak cucu Adam, terputus semua amalnya, kecuali tiga perkara: Sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo'akannya.".

Semua perjuangan di tempat ini, menjadi amal jariyah di akhirat nanti. Semoga menjadi Ilmu yang bermanfaat yang akan dipetik nanti. Aamiin Ya Rabbii

Di sisa umur ini, mencoba menata amalan. Mengurangi angan keduniawian. Jika harus dibuang di tengah jalan. Mencoba menerima dengan penuh keikhlasan. Mungkin begini nasib badan. Hanya pada dua penyambung angan, titip asa, cita-cita dan pesan.Tetaplah perjuangkan  ketaqwaan. Hanya taqwa posisi mulia di sisi Pencipta Kehidupan.

Bumi Allah, 2 Syawal 1441 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar