KETIKA 'AAMIIN' HANYA HITUNGAN JARI
Notifikasi smartphone Nida berbunyi, membuatnya tersadar dari lamunan. Nida buka, seketika netranya fokus membaca pesan masuk di inbox dari nomor tidak dikenal.
[Kasihan, sudah banyak posting doa, mengaminkan hanya hitungan jari]
Nida menarik nafas, mencoba biarkan dan endapkan pesan itu sejenak. Ia memilih tidak langsung menanggapi pesan-pesan dari orang yang tidak ada di daftar kontak smartphonenya.
Nida melangkah ke luar rumah, menikmati semerbak bunga mawar di halaman. Kadang menikmati sesuatu mampu meningkatkan hormon serotonin dan membuat otaknya tetap dalam gelombang alpha. Itu lebih baik dari pada memikirkan sesuatu unfaedah.
"Bu, ikannya diungkap dulu atau langsung digoreng? tanya anak sulungnya yang lagi belajar memasak.
"Kebiasaan di sini, ikan tidak diungkap Say. Dibersihkan, diberi beberapa tetes perasan jeruk nipis dan sedikit garam, lalu biarkan sebentar, kemudian digoreng. Tujuannya, agar ikannya tetap manis alias tidak hambar. Begitu, pahimtum?."
"Pahimna, Baik Mi."
Nida melanjutkan menikmati bunga mawar dan tetesan embun di daun keladi. Ia ingin agar waktu selalu pagi. Sebab pagi merupakan waktu paling indah. Ketika setiap harapan baru muncul seiring tetesan-tetesan embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika asanya merekah bersama kabut yang mengambang di kali gunung Singgalang. Pagi baginya adalah jalinan doa terangkai bersama munculnya mentari pagi.
Beberapa menit dia gunakan menikmati bunga, membersihkan dan menyiramnya. Ada rasa syukur menyeruak di antara rasa dan bunga bugenvil. Masyaa Allah Indahnya dan agungnya ciptaan-Mu ya Rabb.
Setelah membersihkan kedua tangan, kembali ia buka benda tipis 29 inchi di meja laptopnya. Ditatapnya kembali pesan manis dari orang tidak dikenal itu. Hatinya berbisik lirih "Doa-doa yang kutulis setiap pagi semoga tidak terkontaminasi oleh motif-motif duniawi Ya Rabb.
Belakangan ini, Nida sengaja posting do'a setiap hari. Sejak tanggal 26 Januari 2021 sampai hari ini. Di samping untuk menyelesaikan tugas menulis dari mentor, juga untuk membiasakan diri memposting kebaikan di beberapa platform sosial media.
Salah satu postingan kebaikan adalah doa. Doa yang ditulis dari hati, dibaca dan diaminkan banyak insan mempercepat doa-doa itu diijabah oleh Allah Subhanahu Wata'ala.
Kesadaran dirinya sebagai insan lemah tak berdaya, sangat membutuhkan kekuatan Allah Yang Maha Kuasa. La Haula wa la quwwata Illa billah. Maka doa menjadi senjata setiap mukmin menghadapi segala peristiwa.
Hampir dua bulan berlalu. Doa-doa itu mengalir syahdu. Alhamdulillah masih ada di antara sahabatnya yang suka atau menulis kata aamiin di kolom komentar. Nida terharu, hanya ungkapan terima kasih tidak terhingga untuk sahabat-sahabatnya, yang meluangkan waktu mengaminkan doanya. Semoga doa-doa itu meluncur deras ke Arasy Allah Yang Maha Tahu, kemudian kembali secara sempurna pada sahabat-sahabatnya, aamiin Ya Rabb." Bisik hatinya lirih.
"Dari tadi melihat smartphone terus. Ada apa sayang?" Tanya suaminya. Lelaki itu orang pertama yang risau tatkala ada apa-apa dengan dirinya.
"Oh nggak pa pa kok Bang. Ini Pesan WA dari orang yang tidak ada di kontak smartphoneku." Pesan itu diperlihatkan Nida ke lelaki terbaik yang sudah 16 tahun mendampingi hidupnya.
"Sayang, jangan hiraukan siapa yang mengirimkan pesan itu, tapi hiraukanlah isi pesannya. Inti pesannya bukan pada kata kasihan, tapi pada kalimat berikutnya. "Sudah banyak posting doa, mengaminkan hanya hitungan jari."
"Jika dianalisis secara seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya, ini merupakan fenomena sosial yang umum terjadi saat ini.
Jika orang penting yang posting, nyaris semua manusia suka, tetapi jika orang biasa yang posting hanya hitungan jari yang menyukainya. Sabar saja menghadapi fenomena akhir zaman ini." Kata suaminya panjang kali lebar.
"Na'am, sudah tidak terhitung jari postingan do'aku setiap pagi, tapi ya begitulah...aku hanya berharap semoga doa-doa diterima dan diijabah oleh Pencipta bang. Jika disukai dan diaminkan sahabat-sahabatku Alhamdulillah wa syukurillah, jika tidak disukai atau diaminkan tetap alhamdulillah.
"Pintar, bisa analisis dan punya prinsip sendiri dalam beramal. Ngomong-ngomong tentang 'mengaminkan doa ini bagus lho Dik." Reinforcement suami Nida.
"Ya iyalah bagus bang, masa mengaminkan doa orang lain tidak bagus. Tidak bagus itu jika tidak berdoa, tidak pula mengaminkan doa orang lain, seperti Abang contohnya. wk wk."
"Ala Mak Jang, siapa yang makan nangka, siapa yang kena getahnya?" Tanya ayah anak-anaknya.
"Abang juga gitu kan?, Emangnya berapa kali Abang berdoa dan berapa kali juga Abang ngelike dan menulis kata aamiin di kolom komentar postinganku? boleh dihitung dengan jari juga kan?" Kata Nida polos
"Benar juga sih, insyaa Allah ke depannya Abang tekan tombol suka dan menuliskan kata aamiin."
"Nah, itu baru suami yang terbaik dunia akhirat. Bukan suami terbaik tatkala ada maunya aja, wk wk." Tukas Nida.
"Bicara tentang mengaminkan doa ada haditsnya lho Dik. "Dari Habib bin Maslamah al-Fihri Radhiallahu 'anha berkata: “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Tidaklah berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian mereka berdoa, dan sebagian lainnya mengucapkan aamiin, kecuali Allah pasti mengabulkan doa mereka.” (HR. al-Thabrani dan Al-Hakim)
Pada hadits yang lain, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Orang yang berdoa dan orang yang membaca aamiin sama-sama memperoleh pahala.” (HR. Ad-Dailami).
"Na'am, memang ada haditsnya Bang. Anehnya, kenapa tidak Abang amalkan? Sesekali aamiinkan doa aku dong." Kata Nida.
Nida membatin-batin, kadang kita tahu ayat, hadits, teori, banyak ilmu, wawasan luas, tetapi mengamalkannya sungguh berat luar biasa. Jika ilmu pengetahuan, teori dan wawasan koleksi, pajangan, dan kebanggaan doang, apa kata akhirat? Jauh benar antara api dan 'sarok' nya. Eh.. antara panggang dengan apinya.
"Sesekali Abang like dan aamiinkan kok Say." Tukas yayang bebnya.
"Na'am, terima kasih bang jika demikian."
"Suatu hari Nabi Musa 'Alaihi Salam berdoa dalam QS. Yunus ayat 88, lalu diaminkan Nabi Harun 'Alaihi Salam. Ahli tafsir menyatakan bahwa Allah menyatakan mereka berdua yang berdoa (QS. Yunus: 89). Allah benar-benar Maha Penyayang, sayang-Nya tak terbilang, satu orang berdoa yang lain mengaminkan, yang mengaminkan dikatakan juga berdoa.
"Benar itu bang, jika Abang mengaminkan doaku, berarti Abang sudah berdoa. Maka aamiinkanlah setiap doaku. Insyaa Allah Abang dikatakan sudah berdo'a, berpahala, dan insyaa Alla diijabah Allah Subhanahu Wata'ala. Aku heran, semakin dekat kiamat semakin tipis dan ringkih silah ukhuwah kita ya bang. Aku berharap semoga bukan cinta Abang yang ringkih terhadap aku, wk wk." Nadia mengungkapkan isi hatinya.
"Insyaa Allah, sama-sama kita ikhtiarkan ya Say. Abang setuju, mendoakan dan mengaminkan doa saudara seaqidah memiliki korelasi positifsif dengan ukhuwah Islamiyyah. Pernah Abang baca hadits, artinya: “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim No. 4912).
Sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam yang lain:
“Empat doa yang tidak akan ditolak, yaitu: doa orang yang haji hingga kembali; doa orang yang berperang (berjihad) hingga berhenti; doa orang yg sakit hingga sembuh; dan doa seseorang terhadap saudaranya tanpa sepengetahuannya. Dan doa yg paling cepat diterima di antara doa-doa tersebut adalah doa seseorang terhadap saudaranya tanpa sepengetahuannya.” (HR. Ad-Dailami).
"Tuh Abang tahu, tapi sering lupa kajiannya." Timpal Nida.
"Kena lagi dech."
"Benar Bang, Islam itu indah sempurna, dan paripurna. Islam menjaga sendi-sendi kehidupan sosial dan pribadi. Mengikis habis virus egoisme dan arogansi. Mengajarkan kebersamaan dan spirit berjamaah secara rinci. Apalagi berdoa untuk saudara seaqidah berarti telah berdoa untuk diri sendiri. Sekaligus menempuh cara agar doa itu diijabahi Ilahi. Benar begitu bang?
"Mantap, Abang setuju. Kembali ke isi WA orang tak dikenal tadi. Ambil positifnya, buang negatifnya, dan petik ibrahnya. Sagala sesuatu terjadi karena izin Allah Subhanahu Wata'ala. Tidak satu peristiwa pun terjadi secara kebetulan. Jangan menyesal mengenal orang di dunia ini. Sebab orang baik akan memberi kita kebahagiaan. Orang buruk memberi kita pengalaman, dan orang jahat memberi kita pelajaran. Kira-kira begitu sayang."
"Benar Bang, aku baru ngeh sekarang. Apapun kejadian tidak lepas dari skenario-Nya. Terima kasih banyak Bang, apapun situasinya Abang selalu nomor Wahid jadi supporterku, motivatorku, penyanggah jiwa galauku, semoga tetap setia menjadi imam dunia akhiratku, aamiin." Wajah Nida terlihat cerah kembali.
Aamiin, Allahumma aamiin, jawab Yayang Bebnya singkat, untuk amalkan kajiannnya sendiri wkwk.
Selesai.
🤍🤍🤍