Perasaan suka bermula dari mata, diteruskan ke otak, ditafsirkan dengan informasi yang tersimpan. Muncul kekaguman, simpati, ingatan, hayalan dan kerinduan.
Bermula dari mata, bisa bisa mengundang petaka. Prahara rumah tangga bisa melanda semua keluarga. Tidak peduli keluarga artis, selebritis, ustadz, ustadzah, ulama, dokter, atau pengusaha.
Bermula dari tidak bisa menundukkan pandangan. Akhirnya tidak mensyukuri kelebihan, keistimewaan, kesejatian pasangan. Sirna berbagai kebaikan, yang terlihat semua kekurangan dan kelemahan pasangan. Tidak berarti semua kenangan indah di di awal dan sepanjang pernikahan.
Jika beranggapan pasangan cerdas, brilian, hebat dan membanggakan. Ternyata fakta tidak demikian. Betapa banyak pasangan orang hebat berakhir di pengadilan.
Jika beranggapan pasangan yang memiliki keindahan fisik menyenangkan dan asyik. Ternyata tidak sedikit keluarga publik figur rumah tangganya mudah terusik, tercabik, hingga berakhir secara tidak baik-baik.
Jika beranggapan wanita mandiri secara finansial mampu menyenangkan hati. Nafkah tercukupi kadang berlebih secara materi. Toh nyatanya masih ada pasangan mengeluh dan selingkuh, karena pasangan tidak peduli. Sibuk di luar sana mengumpulkan pundi-pundi.
Jika beranggapan pasangan peduli, berempati, terlihat mencintai sepenuh hati, dan berbakti tanpa pretensi. Ternyata di luar sana masih ada kisah nelangsa pasutri. Sulit wujudkan baiti jannati. Terus merasa pasangan kurang hingga perlu mencari yang lebih baik lagi.
Kita bertanya sebenernya apa yang terjadi hingga pernikahan kacau begini? Salah satu aspek yang berkontribusi, pasutri tidak bisa menahan, menundukkan, atau menjaga pandangan mata dan hati. Terutama para lelaki.
Pernah suatu hari seorang lelaki mengadu kepada seorang Syaikh. "Ketika aku mengagumi calon istriku, seolah-olah Allah tidak menciptakan perempuan yang lebih cantik dari dirinya di dunia ini. Ketika aku sudah meminangnya, seolah-olah aku melihat banyak wanita seperti dirinya. Ketika aku sudah menikahinya, ternyata banyak perempuan yang jauh lebih cantik dari dirinya. Ketika berlalu beberapa tahun pernikahan kami, aku melihat seluruh perempuan lebih manis dari istriku."
Syaikh balik bertanya: "Apakah engkau mau tahu, ada yang lebih parah dari pada yang kau alami saat ini?
Syaik itu melanjutkan: "Masalah sesungguhnya bukan terletak pada istrimu, tetapi terletak pada hati rakusmu dan mata keranjangmu. Mata manusia tidak akan pernah puas, kecuali sudah tertutup tanah kuburan."
"Jadi, masalah yang kamu hadapi sebenarnya adalah kamu tidak menundukkan pandanganmu dari apa yang diharamkan Allah."
Barangkali terlalu sulit untuk melaksanaka perintah Ilahi. Padahal perintah menundukkan pandangan sudah jelas sekali. "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nur ayat 30)
Menundukkan pandangan juga diperintahkan Allah pada wanita. "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya." (QS. An-Nur ayat 31).
Bercermin pada kisah pemuda dan Syaikh di atas, dapat dipahami bahwa penyebab utama persoalan terletak pada pandangan. Mata keranjang, dan hati rakus penyebab utama retaknya sendi-sendi pernikahan, perselingkuhan, dan perceraian.
Salah satu cara agar kenikmatan bertambah. Keluarga bisa sakinah mawadah warahmah. Pasutri bisa sehidup sesurga adalah dengan menundukkanlah pandangan, hingga kenikmatan iman dan kenikmatan pernikahan bertambah, dan terus bertambah.
Semoga bermanfaat
Salam ukhuwah
Darimis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar