JANGAN BERHARAP KEPADA MANUSIA
Sahabat...
Semakin hari kita makin mengerti bahwa hidup ini tidak linear. Jalan tidak
selalu lurus, kenyataan tidak selalu seindah harapan. Realita sering kali
berbeda jauh dari cita-cita. Ada kecewa yang tiba-tiba datang, pecah dari harapan yang terlalu tinggi pada
makhluk.
Terutama harapan pada manusia—baik orang tua, saudara, sahabat, teman, maupun
mereka yang kita anggap memiliki kuasa, kedudukan, atau kekuatan untuk membantu
kita menyelesaikan segelintir persoalan hidup.
Sahabat...
Berhentilah terlalu percaya, jangan terlalu mencintai, jangan pula terlalu
berharap. Sebab segala sesuatu yang berlebihan, pada akhirnya melahirkan luka
yang sepadan. Terlalu menggantungkan diri pada manusia sama halnya menanam
benih kekecewaan. Ingatlah, tidak semua senyum adalah tanda suka. Kadang ia
hanyalah topeng, bahkan bisa jadi tawa di baliknya adalah ejekan yang tidak
terucap.
Sahabat...
Jika engkau kecewa, belajarlah untuk tidak menyalahkan orang lain. Sebab
sejatinya engkau sendirilah yang memberi izin untuk dikecewakan. Dengan terlalu
menggantungkan harapan, engkau membuka ruang bagi luka. Orang yang jelas
mencintaimu saja masih mungkin membuatmu kecewa, apalagi mereka yang tidak
pernah menaruh cinta padamu.
Sahabat...
Berhentilah berharap pada manusia jika engkau tak ingin hatimu hancur. Sebab
berharap pada makhluk adalah jalan menuju penyesalan. Ingatlah pesan Imam
Syafi’i:
“Ketika hatimu terlalu berharap kepada manusia, maka Allah timpakan ke
atasmu pedihnya sebuah pengharapan, agar engkau mengetahui bahwa Allah sangat
cemburu pada hati yang berharap selain kepada-Nya. Maka Allah menghalangimu,
agar engkau kembali hanya berharap kepada-Nya.”
Sahabat...
Jangan salahkan siapa pun ketika pedih itu datang. Manusia hanya menilai dan memperlakukanmu sesuai persepsi yang mereka miliki.
Bukan hakikatmu yang mereka lihat, melainkan bayangan yang tercetak dalam
pikiran mereka. Dan engkau tak mungkin mengendalikan bagaimana hati mereka
menilai dirimu.
Sahabat...
Cara terbaik menghindari pedih dan kecewa adalah dengan berhenti berharap pada
siapa pun.
Tentang apa pun, kapan pun, di manapun. Sebab semua pengharapan pada manusia
hanyalah fatamorgana yang rapuh. Berharaplah hanya kepada Allah, sumber dari
segala sumber pengharapan. Dialah yang tidak pernah mengecewakan. Dialah yang
selalu menjawab doa dengan cara terbaik, meski sering tidak sesuai dengan
kehendak kita.
Sahabat...
Aku tahu engkau sering mengalah, dan karena itu engkau lelah. Aku tahu engkau
sering menahan, lalu diam-diam hatimu patah. Aku tahu engkau ingin lillah,
tetapi betapa sulitnya menjaga niat di tengah dunia yang penuh tipu daya. Namun
tetaplah yakin, setiap luka akan Allah balut jika engkau kembali pada-Nya.
Sahabat...
Dunia ini bukanlah tempat untuk semua harapan terwujud. Dunia hanyalah ladang
ujian, tempat engkau belajar sabar dan ikhlas. Setiap kecewa adalah teguran,
setiap luka adalah isyarat, agar engkau tidak salah menggantungkan diri pada
makhluk yang fana, tetapi kembali kepada Sang Khalik yang kekal.
Sahabat...
Jangan biarkan hatimu terikat oleh pengharapan pada sesama. Sebab manusia akan
pergi, berganti, dan berubah. Namun Allah tidak pernah meninggalkanmu, tidak
pernah berubah,
dan tidak pernah berpaling dari hamba yang kembali kepada-Nya. Belajarlah
menggantungkan semua cita pada Pencipta. Belajarlah menitipkan semua resah di sajadah,
bermunajat kepada-Nya, sebab hanya di hadapan Allah, semua pengharapan akan
menemukan jalan.
Dan hanya dengan kembali pada-Nya, engkau akan menemukan tenang yang tak pernah
diberikan oleh siapa pun.



