Semua kita pernah mendengar atau mengucapkan kata berkah
atau keberkahan. Saya pribadi minimal satu kali dalam setahun mendapat ucapan "Barakallahu fikki" (Semoga Allah memberkahimu).
Namun, saya tidak tahu apa hakikat keberkahan itu? Mana
yang lebih tinggi antara berkah dengan bahagia?. Pertanyaan itu sering muncul
dalam pikiran. Namun kadang malas menelusuri dan mempelajarinya dari berbagai bahan bacaan berkaitan dengan
keberkahan.
Keberkahan atau berkah adalah kata yang
sering dikaitkan dengan kesuksesan atau kebahagiaan yang didapatkan seseorang.
Misalnya "Semoga ujiannya sukses dan berkah ya". "Semoga
rezekinya berkah ya, aamiin."
Ketika seseorang meraih keberhasilan dalam
studi, dapat pekerjaan, dapat momongan, atau ketika menempati rumah baru.
Bahkan agar terkesan Islami, kadang tanpa sadar kita ucapkan "Met milad,
barakallah fi umriik." Meskipun Rasulullah sendiri tidak pernah mengucapkan
kata itu kepada istri, anak-anak, teman, atau sahabat beliau di hari lahirnya.
Kembali ke layar ..he..he. Kata berkah secara etimologi
memiliki dua makna, yakni (1) bertambah banyak, dan (2) dan tahan lama.
Sementara secara terminologi, dikemukakan Imam
An-Nawawi, keberkahan adalah kebaikan yang banyak dan abadi. Senada dengan Imam
al-Ghazali mengartikan keberkahan dengan bertambahnya kebaikan pada ssuatu yang dimiliki.
Untuk lebih memahami arti keberkahan, bagusnya kita cermati kejadian di masa Rasulullah shallallahu 'Alaihi Wasallam. Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'Alaihi Wasallam terlihat lemas, karena menahan lapar. Abu Thalhah yang mendengar hal itu akhirnya menemui istrinya. Abu Thalhah dan istrinya berniat mengundang beliau untuk makan.
Singkat cerita, Abu Thalhah dan istrinya hanya memiliki makanan sedikit. Namun ternyata Rasulullah shallallahu 'Alaihi Wasallam mengajak banyak sahabat untuk ikut makan ke rumah Abu Thalhah. Abu Thalhah menjadi cemas; makanan sedikit apakah cukup untuk menjamu tamu sebanyak itu?
Akhirnya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan shahabat-shahabatnya tiba di rumah Abu Thalhah. Sebelum acara makan dimulai, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mendoakan makanan yang dihidangkan. Setelah itu para tamu diminta makan bergantian. Yang pertama makan adalah 10 sahabat. Lalu, 10 sahabat berikutnya, kemudian 10 sahabat berikutnya, dan seterusnya.
Akhirnya semua sahabat yang datang itu makan sampai kenyang, sedangkan jumlah mereka waktu itu 70 atau 80 orang. Setelah itu, barulah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan keluarga Tholhah makan hingga kenyang pula. (Sumber: H.R. Al-Bukhari, No. 3385; Muslim, No. 2040)
Kejadian ini mengajarkan kita, tentang keberkahan dari
segi makanan. Jumlahnya tidak saja cukup, tetapi penuh kebaikan. Hal yang
terpenting dari berkah itu adalah bertambahnya ketaaatan kepada Allah Subhanahu
Wata'ala.
Menurut Imam Ibnu Rajab. Setidaknya ada 4 kandungan dari
keberkahan sekaligus arti sesungguhnya dari keberkahan itu sendiri.
1. Keberkahan adalah suatu keadaan bertambahnya ketaatan
kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
"Keberkahan menjadi panorama keindahan dalam kehidupan
seorang Muslim." (Ibnu Rajab).
Anak yang berkah adalah anak yang shalih, rajin beribadah,
Mendo'akan ortunya masuk surga.
Tempat yang berkah adalah tempat yang dinaungi oleh
malaikat, itulah majlis ilmu atau majlis dzikir.
Harta yang berkah terletak pada sikap ketika menerima harta, harta tersebut dapat menambah ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Seperti Umar bin Khattab menggunakan semua yang ditulis, semua harta digunakan di jalan Allah Subhanahu Wata'ala, untuk menambah ketaatan kepada Allah.
Hidup yang berkah bukan hanya sehat, tetapi sakit juga
berkah, seperti Nabi Ayub As. Sakitnya menambah taatnya pada Allah
Berkah atau barokah tidak identik dengan panjang umur. Seperti Do'a ulang tahun "Panjang umurnya,. Panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia." Tetapi umur pendek pun ketika taatnya dahsyat kepada Allah Subhanahu Wata'ala, seperti Mus'ab bin Umair, seorang delegator pertama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam ke Yastrib (Madinah). Dia diwafatkan Allah Subhanahu Wata'ala di usia muda. Dia seorang bangsawan, hartawan, tampan, dan berkelas (seperti anak sultan), memilih menjadi utusan perdana nabi Muhammad menyiarkan Islam ke Yasstrib.
Ilmu yang berkah bukan ilmu yang banyak riwayat, catatan
kaki, referensinya, atau sitasinya/dirujuk orang, tetapi ilmu yang menjadikan seseorang
meneteskan keringat dan darah dalam beramal dan berjuang di jalan Allah
Penghasilan yang barkah bukan terletak pada gaji besar dan
harta yang banyak sampai sekian turunan, tetapi rezeki yang berkah adalah sejauhmana harta itu menjadi
jalan rezeki bagi orang yang membutuhkan. Seperti Usman bin Affan, seorang sahabat Rasulullah, salah seorang khulafaur rasyidin, saudagar kaya raya. Dia selalu berlomba menginfakkan hartanya dengan sahabat lain. Sudah sekian abad sumur Yahudi yang dibelinya untuk umat, masih berfungsi
sampai sekarang.
Pernikahan yang berkah bukanlah pernikahan yang nampaknya senang, kaya, dan bisa liburan ke berbagai destinasi wisata. Namun pernikahan berkah adalah pernikahan itu makin hari makin meningkatkan ketaatan pasangan suami istri (pasutri) kepada Allah Subhanahu Wata'ala, makin tenang (sakinah), makin mencintai (mawaddah) dan makin berkasih sayang karena Allah (rahmah) sampai ajal menjemput.
2. Keberkahan artinya sunnah atau hikmah.
Allah Subhanahu Wata'ala memberikan kepada seseorang untuk mendapatkan hikmah. Sunnah artinya cara hidup yang mampu meneladani kehidupan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Sunnah itu ibarat perahu nabi Nuh, As. Jalan selamat berlayar menuju Jannah. Makanya dalam mengamalkan Sunnah kita tidak boleh pilih-pilah, karena kita tidak tahu, sunnah mana yang mengantarkan kita ke syurga Allah.
3. Berkah artinya istiqamah
Seseorang diberi keberkahan ketika ia mampu menjaga
hangatnya iman, nikmatnya ibadah, indahnya Sunnah, dan manisnya amal shalih
dalam kehidupan. Sebab hijrah dari maksiat ke taqwa itu mudah, yang sulit
adalah istiqamah dalam ketaatan hingga husnul khatimah.
4. Berkah mengandung artinya diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah
Jika Allah mencintai hamba-Nya diberikan-Nya pemanis dalam
hidup. Artinya seseorang disibukkan dengan ibadah dan taat sebelum sampai
garis ajal dengan Husnul khatimah. Tiada kematian yang paling indah dan
menyenangkan selain wafat dalam keadaan husnul khatimah.
Sebagai hamba Allah kita harus mengusahakan keberkahan
dalam semua sisi kehidupan. Kebahagiaan adalah makmum dari keberkahan,
sementara imamnya adalah berkah itu sendiri. Bagaimana cara memperoleh berkah?
Jawabannya adalah sebagai berikut:
1. Semua amal kebaikan hendaknya berbasis keimaanan dan
ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
2. Beramal shalih dan mengikhtiarkan kebaikan hubungan
dengan Allah dan semua makhluknya.
3. Setiap amal shalih dilakukan secara ikhlas, semata untuk
mencari Ridha Allah.
4. Menyegerakan menjemput ampunan Allah, ketika bersalah
cepat taubat nasuha.
5. Senantiasa memohon diberi keberkahan oleh Allah.
"Allahumma baarikli fi ma a’thait”
(Ya Allah berikanlah barakah kepada apa yang telah Engkau
karuniakan kepada kami. aamiin)
Semoga bermanfaat
Sobatmu
Darimis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar