Follow Us @soratemplates

Rabu, 03 Februari 2021

MELUKIS KANVAS CINTA


Melukis Kanvas Cinta

"Lukisan indah terpajang di hati generasi selanjutnya tergantung kepiawaian ayah dan ibu menggambar kanvas masa lalu."


Kepiawaian ayah dan ibu menciptakan suasana sakinah hingga berkesan dan terpatri di dinding hati anak-anaknya. Meskipun waktu berlalu, kisah selesai bersama kematian, namun  lukisan kenangan indah masih berjejer rapi dalam ingatan anak-anak.


Semua kisah seolah terjadi kemarin. Semua kenangan, kebersamaan, keindahan, kelembutan, kesabaran, ketegasan, pola pengasuhan, dan keistiqomahan ayah ibu tetap tergambar jelas di pelupuk mata mereka. Terlihat jernih di layar ingatan,  tentang kisah penuh canda, tawa, tangis, bahagia melewati masa-masa indah dan masa sulit dalam rajutan kasih sayang terbaik. 


Persepsi anak-anak di masa depan tergantung warna dan cara kita melukis kanvas kehidupan bersama mereka. Semua pragmen kehidupan  adalah kumpulan kenangan yang akan kita tinggalkan. Alangkah sedih, tatkala kita dikenang sebagai pelaku maksiat. Shalat sering terlambat, suka buka aurat, kadang berkianat, dan jarang bertaubat. Sementara usia kita di dunia begitu singkat. Sebatas lahir sampai wafat. 


Mungkin kenangan kelam atau kelabu itu akan teronggok di sudut ruang masa depan, yang pantas dicampakkan jauh-jauh. Kita menyesal, anak-anak kita pun menyesal dan malu. Namun sayang taqdir tak bisa diubah. Mereka tidak bisa memesan, merequest kepada Pencipta dilahirkan dari orang tua seperti apa, ayah dan ibu dengan tipe bagaimana.


Mau dikenang seperti apa ayah ibu kelak oleh anak-anak sangat ditentukan kemampuan kita  menggoreskan kuas di atas kanvas kehidupan anak-anak. Jika dilukis dengan gambar menarik, kombinasi warna serasi, konten lukisan bermakna, berkesan, diberi pigura indah kuat, dibungkus plastik rapi, maka lukisan bertahan lama. Tersimpan dengan pengamanan berlapis di alam bawah sadar anak-anak.  Kapanpun mereka dapat memandang lukisan itu, sambil tersenyum "Inilah ayah dan ibuku,  mereka sangat berarti bagiku, mereka penuh cinta dan istiqamah dalam kebenaran, semoga ayah ibuku bahagia di sisi-Mu Ya Rabb." Aamiin


Sangat sedih jika kita melukis kanvas kehidupan anak-anak terselip persoalan ketidaktuntasan persoalan hidup "unfinish business" kita tanpa sengaja. Kita menambah beban kenangan dan memperburuk lukisan mereka.  


Usahakan keluhan dan kebencian kita tidak menjadi keluhan dan kebencian mereka, kecuali kebencian terhadap kemungkaran dan kemaksiatan. Anak hanya benci pada segala sesuatu yang dibenci Allah dan Rasul-Nya. 

 

Pastikan kita melukis kecintaan pada hati, pikiran, dan perasaan anak-anak hanya cinta pada Allah semata. Cinta pada makhluk termasuk nabi, ulama, orang shalih, ortu, istri-suami, anak, dan harta hanya karena dan untuk mencintai Allah Subhanahu Wata'ala. 


Cinta Ilahi wujudkan kebahagiaan hakiki. Bahagia dalam taat. Bahagia beribadah. Bahagia membaca, menghafal, dan mengamalkan al-Qur'an. Bahagia menghadiri majlis ilmu, dan bahagia dalam setiap gerak muraqabatullah. 


Refleksi diri, kadang kita masih sibuk dengan kekosongan-kekosongan dan kesia-sian. Kadang ikutan-ikutan trend tanpa kejelasan alasan dan tujuan. "Yang penting happy" begitu bisikan keinginan." Waktu pun berlalu dan menyeret diri ke usia senja. Sementara kita masih memilih kuas dan kanvas terbaik untuk melukis cinta di hati anak-anak kita. 


Perlu kerja keras menggoreskan kuas di atas kanvas kehidupan anak-anak, dengan penuh rasa cinta dan kasih tak bertepi. Hingga kerinduan dan impian menjadi orang tua yang layak disebut dalam bait-bait do'a anak-anak shalih bukan sekadar harapan kosong.


Mudahkan kami melukiskan kuas cinta di atas atas kanvas kehidupan buah hati kami Ya Rabbana...aamiin. 


Salam ukhuwah 

Darimis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar