Sahabat...
Hidup adalah pembelajaran (ibrah) berharga. Setiap kisah, kejadian, dan peristiwa mengandung ibrah, khusus bagi kita yang mau belajar dan memetik ibrah dari setiap peristiwa.
Kemarin saya sempat membaca berita, yang lagi trending topik di sosial media. Seorang vokalis gambus ternama dikabarkan terlibat cinta segitiga. Hingga dia dihujat begitu rupa. Ya Rabb...separah itukah kisahnya? Padahal kita tidak tahu valid berita dan belum tahu detail kejadianya.
Sahabat...saya tidak sedang membela sang vokalis. Tidak juga berpihak kepada istri sah, dan lelaki yang terlibat cinta dengannya. Saya hanya berpendapat bahwa segala sesuatu terjadi pasti ada ibrahnya, ada penyebab, latar belakang, dan prosesnya.
Suatu kejadian tidak terjadi secara spontanitas atau seketika. Jatuh cinta, mencintai, dicintai tidak terjadi begitu saja. Tapi ada prolognya. Bisa berupa kata, perhatian, tingkah, dan konasi yang menggerakkan hingga terjadi peristiwa.
Hal ini tentu melibatkan kedua belah pihak, baik si lelaki maupun si wanita. Lalu alasan apa sebenarnya, para penilai menjustifikasi si wanita saja. Terjadinya cinta karena suka sama suka di antara keduanya. Tidak masuk tamu ke dalam rumah jika tuan rumah tidak mengizinkannya. Kecuali tamu tidak diundang, lain lagi ceritanya.
Peristiwa ini menyuguhkan ibrah, bahwa sesuatu terjadi tidak mendadak atau spontan. Banyak aspek yang mempengaruhi kejadian. Istilah kerennya multifaktor berkelindan. Bisa saja karena kealfaan pelaku, niat, kesempatan, dan ketenaran. Bisa juga kejadian ini sebagai cobaan atau ujian.
Tidak ada manusia yang sempurna sebab kesempurnaan hanya milik Pencipta. Kadang manusia kurang hati-hati, tidak waspada, dan terlupa. Bisa jadi tidak ada niat sebelumnya tetapi ada kesempatan maka niat bisa ada.
Mana tahu karena sering bersama, muncul berbagai perasaan, termasuk perasaan suka dan cinta secara berlahan. Lama-lama berkembang dan mencuat ke permukaan.
Saya masih ingat sebuah pantun:
"Dari mana datangnya linta, dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati." Barangkali karena sering bersama dengan lelaki atau wanita bukan mahram ada peluang saling memandang, saling melihat, dan saling bersimpati. Akhirnya suka, tertarik, rindu, dan bersemilah cinta di hati.
Maka hati-hati dengan mata. Dalam agama setiap lelaki dan perempuan wajib menjaga atau menahan pandangan (Ghadlul Bashar) dari melihat lelaki atau wanita yang bukan mahram. (QS. An-Nur ayat 30 dan 31).
Agama kita juga mengatur sedemikian rupa sistem pergaulan lelaki dan perempuan. Lelaki dan wanita berinteraksi pada perkara-perkara yang dibolehkan. Seperti dalam urusan muamalah, kesehatan, dan pendidikan. Selebihnya kehidupan khusus bagi wanita yaitu dalam rumah sangat diutamakan.
Di samping itu, agama kita juga memerintahkan lelaki dan perempun menutup aurat secara sempurna, tidak dibenarkan ikhtilath (bercampur baur antara keduanya), dilarang khalwat (berdua-duaan) dan lainnya. Tujuannya agar laki-laki perempuan mulia dan terjaga. Tidak saja mulia di mata Allah, juga mulia di mata manusia.
Jika aturan Pencipta diabaikan lelaki dan wanita, dikawatirkan muncul berbagai permasalahan. Salah satunya kacaunya pergaulan, perselingkuhan, pengkhianatan, dan persoalan pernikahan yang runtutnya panjang sampai pada keturunan.
Sahabat...situasi dan kondisi hari ini membuat kita harus ekstra hati-hati. Hidup di zaman fitnah mesti tingkatkan mawas diri. Berpegang teguh pada iman, Islam dan Ihsan dengan sepenuh hati. Jadikan semua aturan Allah dan Rasul sebagai pedoman hidup sampai mati. Hanya cara itu yang bisa menyelamatkan diri.
Jika tidak hati-hati, waspada, dan istiqamah dengan agama. Bisa saja, peristiwa yang menimpa sang vokalis terjadi pada keluarga kita (semoga tidak ya Rabb). Soalnya tidak ada garansi iman kita kuat, lalu kita selamat.
Saat ini boleh jadi kita sedikit taat, mana tahu karena menghujat, Allah menguji kita dengan masalah yang sama, apakah kita masih kuat dan selamat, Wallahu A'lam bisshawab.
Maka fokuslah ke jalan yang kita tempuh. Benahi diri, anak, keluarga, dan umat secara sungguh-sungguh. Doakan mereka yang tersandung masalah, semoga Allah memberi solusi ampuh.
Saya yakin mereka juga menyesal dengan apa yang terjadi. Hingga mereka dihujat, di caci maki, dan dihina secara pribadi. Semoga mereka menemukan solusi.
Satu hal yang disayangkan dari pernyataan penghujat, ada yang mengkaitkan tingkah dengan hijab pelakunya. Padahal keduanya berbeda. Hijab itu kewajiban agama, kebaikan dan ketaatan juga kewajiban agama. Ketika seseorang belum baik, belum taat, apakah ada toleransi untuk tidak berhijab?
Ketika belum siap berhijab karena belum merasa baik, apakah ada keringanan dalam agama untuk tidak berhijab? Menunggu baik dulu dalam memakai hijab, entah sampai kapan kita akan menjadi baik? Sementara umur kita terus melaju ke ujung usia.
Jika selamanya ia belum bisa baik, apakah selama itu juga ia tidak berhijab. Justru memakai hijab menjadi salah satu cara untuk tunduk dan patuh pada aturan agama yang diyakininya. Persoalan yang menimpanya tidak ada kaitan dengan hijabnya. Sebab dia bukan nabi, bukan pula manusia sempurna. Biarlah itu menjadi urusan dia dengan Penciptanya.
Sahabat...kita tidak tahu siapa yang mulia di sisi Rabb kita. Kita juga tidak bisa pastikan kita lolos dari hisab menegangkan di Yaumul Hisab, lalu masuk surga. Tidak satupun kita maksum dari dosa. Alangkah bijaksana, jika kita fokus pada diri dan dosa kita. Banyak istighfar dan berdo'a semoga kita terhindar dari peristiwa serupa, aamiin ya Rabbanaa.
Semoga bermanfaat
Salam ukhuwah
Darimis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar