Rindu itu berat, kamu tidak akan kuat, biar aku saja."
Pernyataan Dilan dalam film itu sempat viral, dan menjadi kalimat yang terus diulang oleh penonton, selain penonton bahkan orang yang pernah mendengarkan kalimat itu.
"Biasa aja, apa hebatnya ungkapan itu dari seorang pacar. Jika dari suami baru luar biasa. Aku setiap mendapatkan kalimat cinta dan rindu dari Uda Malin, tidak seheboh itu. Hanya saja, hatiku rasanya berubah menjadi taman bunga yang paling indah, harum semerbak, lengkap dengan kupu-kupu beterbangan." Bisik Putri.
"Tidak sekadar ungkapan "I Miss You" yang dibutuhkan pasangan suami istri (pasutri), tetapi frase 'biar aku saja' tak kalah romantisnya. Tatkala aku dengar dari Bang Malin 'Biar aku saja, rasanya aku lepas dari terali. Mengapa tidak pekerjaanku diambil alih, pekerjaanku dibantu, tugasku diringankan. Hatiku seakan terbang ke awan, dan tersenyum pada mentari.
"Bundo..sandal Habib putus, sudah Habib benarkan, tapi tidak mau Bunda" Tiba-tiba suara suara Habib membuyarkan lamunan Putri.
"Mana sayang, sini Bunda lihat. Ini ya, sangkutan di bawahnya terlepas, tunggu ya Bunda perbaiki dulu"
"Sandalnya sudah bagus Bib.."
"Terima kasih Bunda."
"Sama-sama sayang."
"Halo, Wa'alaikumsalam, apa yang dapat dibantu Bu." Putri menjawab panggilan masuk di smartphone-nya.
"Baibuk-ibuk baa lo kawan, ambo Nisa konco arek ang dulu. Lah lupo Jo ang di den. Tega ang lai." (Panggil ibu bagaimana nich teman. Saya Nisa teman akrab kamu dulu. Sudah lupa kami dengan saya. Teganya kamu).
"Maaf Nisa, bukan Putri lupa lupa sama Nisa , tapi tidak ingat. Soalnya sudah 20 tahun, kita jarang komunikasi. Maafkan temanmu ini Sobat."
"Yo sekali ko den maafkan ang, bisuak kok ang ulang je lai, den coret ang dari daftar pertemanan den lai." (Ya, sekali ini saya maafkan, besok kalau diulang lagi, saya coret kamu dari daftar pertemanan saya).
"Oke, saya setuju, saya juga begitu. Masak saya aja yang harus mengingat Nisa, Nisa juga harus ingat Putri dong. Biar balance gitu."
"Jan tinggi-tingga na bahaso ang lai, balance tu dak mangaroti den de. Bahaso awak se la (jangan tinggi betul bahasamu, balance tidak mengerti saya. Bahasa kita saja)."
"Banyak aturan Nisa. Pokoknya Nisa harus ingat juga dengan saya, maksudnya."
Tu nan la ka joke na Kawan. Tuk ang aa nan ka indak lo, di nyawa-nyawa den agiahkan ma." (Itu sudah jelas kawan, Tuk Putri apa pun akan saya berikan, di nyawa di kasih tu)." Tukas Nisa.
"Apa kabarnya sekarang Nisa?.
"Alhamdulillah sehat, den cubo lo bahaso Indonesia dulu. Pado ponek lo ang mangetik e beko ha ha."
Sebenarnya saya ingin curhat, semoga saja kamu menjaga rahasia. Tidak membocorkan rahasia saya kepada orang lain. Soalnya sekarang, tidak kawan atau lawan sama -sama ember, suka kepo, dan mancukia-cukia kada urang (mencongkel bobrok orang lain)." Kata Nisa dengan nada marah.
"Tenang Nisa...ambil nafas dalam-dalam, tahan, tahan, tahan 5 menit..lalu kamu tidak bernafas lagi...he he.
"Nisa-nisa, aku masih seperti yang dulu, kalau dulu gila sekarang lebih gila lagi, he he bercanda." Seloroh Putri.
"Aku serius Putri."
"Baik, saya duarius (sangat serius, pen) sekarang. Silahkan cerita sepuasnya, pakai paket nelponkah?"
"Untuk curhat dari kemarin sudah Nisa siapkan 1000 menit. Tenang aja Putr."
"Okelah, kalau begitu."
"Begini Put, saya makan hati makan jantung beserta ampelanya sekarang. Mengapa tidak, ucapan "I love you", "I Miss you", "My Honey" "Yayang Bab) hanya kalimat romantis yang membanjiri waktu awal pernikahan.
Setelah punya anak, kalimat itu langka sekali. Parahnya, suamiku kasar Put. Jika aku terlambat mengambilkan nasi yang diletakkan di piring tinggal dia suap sendiri, masih aja marah. Aku bertanya mengapa lambat pulang, dia marah lagi. Kami sering bertengkar Put. Kalau bukan karena anak-anak ingin rasanya aku pergi dari kehidupannya."
"Cerai...maksud Nisa?
" Ya iyalah Put...gak tahan hidup dengan suami seperti itu. Siapa coba yang tahan dengan lelaki kasar."
"Aku paham masalahmu Nisa, aku ikut prihatin. Lalu apa yang sudah kamu lakukan pada suamimu?"
"Kamu sendiri tahu gimana aku Putri. Aku tigak gampang direndahkan, apalagi dimarahi, ya aku balas, makanya keluarga kami sering bertengkar."
"Apakah suamimu berubah dengan cara itu."
"Bukan berubah Put, malah makin menjadi-jadi perangainya. Di situ aku bingung, apa yang dapat saya lakukan Putri."
"Menurut saya, marah dibalas marah, bukan solusi, ibarat api disiram bensin malah api makin berkobar, dan membakar kalian berdua. Kamu pernah bicara lembut pada suamimu?
"Itu persoalannya Putri. Mana bisa aku bicara lembut. Setiap bicara kedengaran oleh suamiku ngegas terus. Ini sudah yang paling lembut aku bicara. Bentar putri, mungkin ini suamiku pulang. Kapan-kapan aku cerita lagi ya.. Assalamu'alaikum.
"Wa'alaikumsalam, Insyaa Allah Nisa, kamu boleh calling aku, sesukamu. Asalkan jangan jam tidurku Ya." Kelasku.
"Ya Rabb...ternyata ada kisah rumah tangga sahabatku seperti sinetron. Bisik hatiku.
Tidak cukup modal kenal, modal cinta bertabur nafsu, modal ganteng, atau cantik aja untuk mengokohkan bangunan rumah tangga. Namun iman, ilmu, tsaqogah Islam, dan karakter baik, dan kemampuan manajemen konflik, termasuk skill komunikasi sangat diperlukan pasutri.
"Alhamdulillah ya Allah kau kirim suami paling baik sedunia padaku." Bisik Putri.
"Ungkapan Paksu 'Biar Aku Saja' di telingaku sangat romantis. Pernah suatu kali ada acara rihlah kelompok pengajian. Aku pergi, Paksu jadi ojek pribadi. Pulang-pulang semuanya berantakan. Piring kotor berpesta pora dekat kompor. Pakaian kotor lumayan banyak, kain yang akan disetrika nangkring di terali jendela. Sikon ini sangat membutuhkan kalimat romantis pasutri 'Biar aku saja".
Kalimat ini membuat aktivitas apapun di rumah tangga jauh lebih ringan, lebih mudah, dan cepat selesai. Artinya kalimat "Buat aku saja" suatu kalimat yang berkontribusi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan Rumah Tangga. Antara suami dan istri ada kata saling, saling mengerti, saling memahami dan saling lainnya.
Ada benarnya juga kata dosenku pernah menyampaikan rumus rumah tangga dengan 3S2R (1) saling pengertian, (2) sarana hidup,. (3) seks sehat, (4) Restu orang tua, dan (5) Ridha Ilahi. (Ini sudah ditulis di buku Konseling Cinta yang insyaa Allah akan terbit).
----------
Kehidupan pasutri adalah kehidupan syurga yang dimulai di dunia. Sangat merugi jika waktu singkat itu diisi dengan pertengkaran. Kita tidak tahu siapa diantara pasutri yang lebih dahulu pergi, dan menanti di taman syurga. Maka jadikan setiap kebersamaan sebagai momentum paling romantis.
Semoga Bermanfaat
Salam ukhuwah
DARIMIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar