DIAM EMAS BICARA BERFAEDAH
Darimis
Jumat, Januari 31, 2020
0 Comments
Tidak selamanya diam itu emas, dan tidak selamanya juga berbicara itu berfaedah. Diam menjadi emas jika diam itu lebih baik dan menyelamatkan diri dan orang lain dari kerusakan dunia dan akhirat. Berbicara menjadi berfaedah atau bermanfaat jika berbicara itu mendatangkan kebaikan diri dan orang lain baik di dunia dan akhirat.
Hari ini, ketika orang mengagungkan harta benda, kebebasan berbicara, dan hak azasi. Diam dan berbicara tidak pada tempatnya. Ketika situasi menghendaki harus diam malah dia berbicara. Ketika kondisi mengharuskannya berbicara malah memilih diam. Hidup dijaman kebablasan, harus lebih hati-hati, karena sulit membedakan orang baik dan tidak baik. Susah mencari teman shalih dan kadang pura-pura shalih padahal salah.
Memilih untuk diam di rumah, tidak keluar kecuali ada keperluan, tidak suka ngumpul atau kongkoi-kongkoi malah dibilang aneh-aneh. Padahal hidup itu pilihan. Bukan seberapa bagus kita memilih, tetapi seberapa tepat pilihan itu berdasarkan standar syariat. Ukuran baik dan buruk, terpuji dan tercela berdasarkan hukum syarak, bukan akal apalagi nafsu. Suatu perbuatan dikategorikan baik disebabkan dua hal, hal yang mendorong perbuatan itu, dan apa tujuan suatu perbuatan. Suatu perbuatan itu didorong oleh niat ikhlas karena Allah, dan tujuan perbuatan itu untuk mendapatkan ridha Allah maka perbuatan itu adalah baik. Jika perbuatan itu didasarkan niat bukan karena Allah dan tujuannya untuk menyenangkan manusia lain, itulah perbuatan buruk, meskipun di mata manusia baik dan bermanfaat.
Kadang aneh. Melihat orang suka ngumpul dan bicara macam-macam. Pagi hari, setelah sarapan ngumpul sama tetangga, ngomongin orang lain? Siang menunggu anak pulang sekolah ngumpul lagi, ngomongin orang lain. Sore habis mandi ngumpul lagi ngerumpikan orang lain. Malam bersemangat bercerita dengan suami gunjingkan orang lagi. Membicarakan orang lain sangat enak, dibumbui dengan cerita tambahan sebagai penyedap. Nampak orang lewat dibilang macam-macam. Habis bahan obrolan, kucing lewat jadi pembicaraan. Pokoknya masalah-masalah sepele yang tidak pantas dibicarakan jadi omongan hangat. Kira-kira apa manfaatnya ya? apakah senang? bahagia? bangga? puas? mengetahui permasalahan orang lain, meskipun tidak jelas kebenarannya. Kadang suka mengorek-ngorek aib orang hanya yang harus ditutupi karena tidak layak jadi konsumsi umum. Kemudian aib itu menjadi konsumsi renyah untuk disebarkan ke banyak orang. ketika aib orang viral, ia bertepuk tangan di belakang kegelisahan dan kegalauan orang lain. Padahal yang disebarkan itu hanya hasil melihat secuil, mendengar sepotong, membaca sebaris, menganalisis sedikit, sudah berani menyimpulkan seutuhnya. Semua perbuatan di atas adalah sekilas contoh berbicara yang tidak berfaedah, malah menambah dosa.
Ketika yang diomongkan nyata dan benar keadaanya pada orang yang dibicarakan maka itu disebut perbuatan menggunjing, mengghibah, dan menggossip. Orang menggunjing itu sama dengan memakan bangkai saudaranya (QS.Al-Hujurat [49]:12). "
Ketika yang diomongkan itu hanya berdasarkan prasangka dan dugaan saja, tidak benar beritanya, maka itu adalah fitnah. Sementara fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Firman Allah "
Boleh berkumpul dengan tetangga, boleh membicarakan sesuatu, asalkan sesuatu yang dibuacarakan itu tidak berkaitan dengan orang lain, atau aib orang lain, singkatnya bicara sesuai standar syariat. Misalnya membicarakan tentang tentang cara mendidik anak, meningkatkan nafsu makan anak, kuliner terenak di dunia, permasalahan umat, naiknya gas melon, pencabutan subsidi, kontraversi BPJS, dll, dianalisis secara mendalam untuk mencari penyebab, hingga ditemukan solusi cerdas bagi kesejahteraan umat. Sesekali diganti dengan membicarakan ilmu, wajibnya menuntut ilmu, akibat tidak berilmu, manfaat ilmu, atau bicara hikmah, motivasi kehidupan, cara meningkatkan ketaatan dan ketaqwaan, karakter muslimah shalihah, wajibnya hijab (jilbab dan khimar), dan peran muslimah di tengah kancah peradaban dunia. Inilah contoh bicara yang berfaedah. Ketika semua orang yang berkumpul mengeluarkan pendapatnya maka sikap yang lebih baik juga berbicara, ikut menimpali, memberikan pendapat, menawarkan solusi, membandingkan dengan teori-teori yang sedang berkembang, bagaimana solusi Islam atas masalah itu. Jangan memilih diam, justru diam dalam konteks ini adalah diam yang tidak emas, tetapi diam seolah-olah tidak tahu, dan terkesan tidak intelek.
Jadi, tidak setiap diam itu emas, dan tidak pula setiap bicara itu berfaedah. Namun emas dan berfaedah diukur dari hukum syarak. Seorang muslim semua perbuatannya terikat dengan hukum syarak. Perbuatan manusia tidak terlepas dari perintah dan larangan Allah. Jika perintah itu pasti dan jelas hukumnya wajib, jika perintah itu tidak pasti hukumnya sunnah, jika larangan itu pasti hukumnya haram, jika larangan itu tidak pasti hukumnya makruh, jika hukumnya pilihan boleh melakukan atau tidak melakukan hukumnya mubah. Contoh perbuatannya silahkan cari sendiri. Di situlah kewajiban setiap muslim dan muslimah untuk menuntut ilmu, terutama ilmu Islam, sehingga paham perbuatan mana yang tergolong wajib, sunnah, mubah, haram dan makruh. Hindari menjalankan perintah agama tanpa ilmu. akibatnya bisa terbalik-balik yang wajib dikatakan tidak wajib, yang sunnah dikatakan haram. Ketidaktahuan terhadap hukum syarak, bukan hanya salah dalam beramal, tetapi menyebabkan amalan tersebut tidak bernilai pahala. Sudah capek, habis waktu melakukan suatu amal, ee ujung-ujungnya kosong melompong.
Keep hamasah untuk terus belajar.