Fenomena muslimah hari ini, di rumah berpenampilan biasa. Biasa pakai daster, bau minyak goreng, bau bawang, plus bau keringat. Namun jika keluar rumah, penampilannya luar biasa. Pakai pemerah pipi atau blos on, lipstik, eye liner, celak, eye shadow, buku mata anti badai, sampai memakai minyak wangi yang wanginya semerbak dan tercium dalam radius sekian meter. Ketika ditanya pada salah seorang muslimah, apa alasannya memakai seperti itu?, jawabanya "Tidak percaya diri jika keluar rumah tanpa berdandan." Kurang tepat barangkali, jika meletakkan rasa percaya diri pada dandanan, yang sifatnya berada di luar diri muslimah. Rasa percaya diri yang sesungguhnya adalah keyakinan akan kemampuan diri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sebagai anugerah terbesar dari Maha Pencipta. Setiap orang punya kelebihan sekaligus kekurangan. Kelebihan untuk disyukuri dan dipergunakan seoptimalkan mungkin untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia di hadapan Pencipta, membantu orang lain untuk mencapai kemuliaan hidup, dan senantiasa dikembangkan untuk meninggikan dienul Islam. Sementara kekurangan yang dimiliki disadari, diterima dengan penuh keikhlasan, kesabaran, dan senantiasa belajar dan berikhtiar untuk meminimalisirnya.
Ada lagi muslimah yang lain, mengapa berdandan keluar rumah? Jawabanya: "Kalau tidak berdandan terkesan tidak cantik, tidak gaul, tidak modern, dan terkesan sederhana dan kampungan." Subhanallah serendah itukah muslimah yang tidak berdandan keluar rumah? Paling ironis adanya muslimah berhijab syar'i namun dandananya luar biasa menor, seperti ibu-ibu mau pergi kondangan, tambah sepetu atau sandal tinggi. Barangkali itulah muslimah hebat dan bermartabat menurut persepsi mereka. Bahkan ada sebagian muslimah yang meremehkan muslimah lain yang memilih tidak berdandan seperti dirinya, dengan anggapan "Wanita seperti itu terlalu bodoh, tidak pandai berdandan, jika hari ini tidak pandai berdandan apa kata dunia."Subhanallah... Kadang hanya mengurut dada mendengar ungkapan dan melihat fenomena dandanan muslimah hari ini.
Ukuran gaul, maju dan modern muslimah hari ini telah bergeser, dari berdandan sesuai syariat dengan berdandan sesuai manfaat dan segala ukuran kemodernan dengan standar hawa nafsu.
Muslimah modern sebenarnya adalah wanita taat syariat, muslimah perindu syurga, berilmu tinggi, shalihah, sehingga senantiaasa mengasah dirinya dengan berbagai wawasan dan pengetahuan yang diperlukan diri dan ummat sebagai istri, ibu, mengelola rumah tangga, dan mempersiapkan generasi unggul di masa datang (termasuk akhirat). Kita perhatikan shirah nabawiyah, kisah para sahabiyah, ummahtul mukminin, atau perempuan shalihah dalam sejarah. Kemajuan mereka jauh melampau zamannya, bahkan sampai hari ini nama mereka tetap dikenang, hidup mereka menjadi teladan para muslimah perindu syurga. Kisah mereka menyejarah. Mereka dikenang bukan karena dandanannya yang aduhai, tetapi kapasitas dan kapabilitas sebagai muslimah tangguh menyiapkan generasi shalih dan shalihah, dan berjuang sekuat tenaga untuk meninggikan Islam, keistiqamahan mereka pada kebenaran sejati, walau mereka kehilangan jiwa raga.
Jadi, ukuran maju dan mundurnya muslimah bukan dari aspek dandanan, tetapi aspek yang jauh lebih tinggi dan agung di atas dandanan. Ketika ukuran maju, gaul, dan modern adalah para selebritis, bintang iklan, model women, atau wanita dari kalangan Borjuis atau kalangan sosialita, maka seorang muslimah sudah kehilangan figur, idola, panutan, atau tokoh identifikasi diri yang sesungguhnya. Seharusnya setiap muslimah menggunakan standar kemajuan adalah agamanya, ketentuan syarak, contoh dari nabinya, ketentuan kitab sucinya, dan wanita shalihah yang telah dijamin syurga oleh Allah. Bukan mengukur sesuatu sesuai dengan apa yang dipandang maju dan baik oleh akal dan nafsu. Hal yang dipandang baik oleh akal belum tentu baik menurut syarak. Akal hanya menguatkan sesuatu yang dipandang baik dan terpuji menurut akal.
Jika demikian, berarti muslimah tidak boleh berdandan. Siapa bilang muslimah tidak boleh berdandan. Sangat boleh berdandan. Namun berdandanlah secara kontekstual. Berdandan secara kontekstual dimaknai silahkan setiap muslimah berdandan sesuai konteks, baik tempat, waktu, dan untuk apa, dan dihadapan siapa dia berdandan. Jika muslimah berdandan di dalam rumah, pada waktu tidak ada lelalki bukan mahram, untuk mencari pahala sebanyak-banyak, di depan kekasih halal (suami tercinta) malah sangat dianjurkan oleh syarak. Namun jika muslimah berdandan tidak kontekstual, ia berdandan ketika keluar rumah, di pada waktu banyak interaksi dan dilihat oleh lelaki asing bukan mahram, niat berdandan untuk dipuji dan mempesona orang lain. Itulah berdandan yang tidak dianjurkan syariat. hal itu tergolong
Apa itu
Sebenarnya tanpa berhiaspun muslimah itu sudah menarik. Allah menciptakan setiap wanita itu mempesona, menarik bagi setiap lelaki. Setiap wanita dapat membuat kagum laki-laki, bahkan menyita ruang angan dan imajinasi lelaki untuk mengkayalkan yang aneh-aneh tentang wanita. apalagi jika wanita tersebut berdandan, ia bisa disulap seperti bidadari. Bahkan sejelek-jeleknya wanita menurut penilaian wanita lain, tetap mempesona bagi seorang laki-laki. Apatah lagi wanita itu memang sudah cantik dari sononya, berdandan dan tidak berdandan pun tetap mempesona. Dengan kecantikan, syaitan menjebak kaum lelaki, sehingga memandang wanita disertai syahwat. akhirnya muncul imajinasi terlarang, dan itu awal dari awal dari berbagai pelecehan seksual. Dalam hal ini yang salah siapa? lelaki yang berpikiran kotor, atau wanita yang berhias tidak sesuai konteks? kedua-duanya salah, wanita salah dengan dandananya di luar konteks, dan lelaki juga salah mengikuti pandangan pertama dengan pandangan mempesona sehingga dijebak setan hingga berkayal sesuai keinginan setan.
Kesimpulannya, jika ingin berdandan, berdandanlah secara kontekstual. Perhatikan konteks berdandan (waktu, tempat, tujuan, dan untuk siapa berdandan). Jika sesuai konteks silahkan berdandan semaksimal mungkin. Eksplorlah kecantian seluas mungkin. Konteks berhias yang berpahala adalah dihadapan kekasih halal. Dihadapan suami tercinta. Di ruang privat. untuk menyenangkan mata fisiknya. Jadi berhias secara kontekstual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar