Media sosial hanya alat, sarana, atau piranti teknologi, sama dengan sarana kehidupan lainnya. Kemaslahatan dan kemudaratan suatu alat tergantung pengguna dan penggunaannya. Apakah alat itu digunakan untuk mengumpul pahala sebanyak-banyaknya atau menumpuk dosa tergantung niat, tujuan, cara, konten, penggunaannya.
Di era revolusi industri 4.0 ini. Peluang dan tantangan hampir sebanding dalam penggunaan teknologi. Kita hidup di dunia nyata dan kadang juga beraktivitas di dunia maya, medsos misalnya. Pertanyaanya apakah ada singkronisasi keberadaan kita di dunia nyata sama dengan di dunia maya. Tampil tawadhu' di dunia nyata juga tampil rawadhu di dunia maya. Jangan-jangan selama ini kita terlihat tawadhu' di dunia nyata, namun terlihat riya' di dunia nyata. Semua sisi hidup dan prestasi kita unjuk di dunia maya.
Faktanya memang demikian. Ketika berselancar di dunia maya. Terutama media sosial, yang dominan terlihat adalah deretan keberhasilan, aktivitas harian, kegiatan, kesenangan, bahkan kegiatan ibadah. Posting depan Ka'bah, Jabal Nur, di depan masjib, menyerahkan santunan pada anak yatim misalnya. Terlepas dari niat atau gunakan alasan syiar dakwah, yang dilihat orang hanya itu. Orang lain tidak bisa niat atau tujuan syiar lewat gambar, sebab niat dan tujuan urusan hati.
Sesekali ajak hati dan nurani paling bening merenungkan eksistensi diri di dunia ini. Bagaimana keberadaan kita di dunia nyata dan di dunia maya. Evaluasi dengan jujur, sudah berapa banyak postingan kita yanga bernilai pahala dan seberapa banyak postingan kita berpotensi dosa. Bagaimana cara kita menyeimbangkan dua dunia itu untuk memperbanyak dan mempermudah jalan kita menuju ridha-Nya.
Kadang kita merasa. Jangankan di dunia maya, di kehidupan dunia nyata saja, kita sudah berpotensi dosa. Kemudian, begitu on di media sosial dosanya bertambah, bahkan berlipat ganda. Kok bisa? Tak perlu heran jika di dunia nyata dan dunia maya kontennya sama, seperti
Sebaliknya, ada juga di dunia nyata berhasil mengumpulkan pahala, begitu juga di dunia maya mampu meraup pahala berlipat ganda. Mengapa?, karena dia di dunia nyata dan dunia maya bicara atau menulis kebaikan, hikmah, nasehat pada
Berpikir, berperasaan, bersikap dan berperilaku di dunia nyata dan dunia maya (media sosial) adalah pilihan. Setiap pilihan mengandung konsekuensi pahala atau dosa, memilih jalan taqwa atau fujur, diridhai atau dimurkai Allah. Pada akhirnya setiap pilihan memiliki konsekuensi abadi syurga atau neraka.
Sejatinya, setiap sikap dan perilaku kita di dunia nyata atau dunia maya tidak pernah terlepas dari pengawasan Allah Yang Maha Teliti. Tidak sedetikpun luput dari catatan dua malaikat. Semua yang kita tulis dan kita katakan akan ditimbang di hari perhitungan, di depan Hakim Yang Maha Adil. Alangkah malunya diri kita jika catatan kebaikan kita banyak yang kosong.
Hidup di dunia hanya permainan dan senda gurau, penuh kebohongan dan ilusi, namun bukan tanpa arti, semua kita akan kembali membawa amal menghadap Ilahi. Terus berfastabiqul khairat, jangan pernah berhenti, atau terhenti oleh caci-maki, walau semua orang tak peduli, sebab pahala tidak ditentukan oleh manusia, tetapi tergantung oleh keikhlasan, ittiba' 'alar Rasul dan penerimaan Allah Subhanahu Wata'ala. Wallahu A'lam Bissawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar