Follow Us @soratemplates

Senin, 27 Januari 2020

KEBERHASILAN ITU RELATIF

Keberhasilan merupakan kata besar yang terdapat dalam angan. Satu kata berbanding lurus dengan kesulitan dan pengorbanan.

Semua orang sepakat "setiap insan mendambakan keberhasilan, namun tidak sepakat pada aspek makna, ukuran/standar, bentuk, strategi memperoleh, dan  ekspresi emosi merayakan euforia keberhasilan. Perbedaan ini berimplikasi terhadap relativitas batasan keberhasilan. 

Keberhasilan bagi satu individu bisa jadi belum berhasil bagi individu lain. Menurut satu individu menjadi sarjana mungkin keberhasilan, namun menurut individu lain menjadi sarjana hanya satu langkah menuju keberhasilan selanjutnya. 

Menjadi juara olimpiade Kimia mungkin keberhasilan luar biasa bagi satu keluarga, namun belum berhasil bagi keluarga lain yang menggunakan standar keberhasilan pada banyaknya hafalan al-Qur'an. Oleh sebab itu, apapun bentuk dan ukuran keberhasilan, jangan sampai melupakan Yang Memberi Keberhasilan, apalagi menilai orang lain gagal dan rendahan, disertai sikap arogansi atas karunia Ilahi.

Keberhasilan itu relatif, tergantung standardisasi dan ekpektasi jangka panjang  (

Berbeda dengan orang yang memilih standar dan ekspektasi keberhasilan ukhrawi maka dia akan merahasiakan dan mensyukur keberhasilanya. Mengucapkan masyaa Allah tabarakallah, atau mashaa Allah la quwwata illa billah ketika dipuji orang. Dia senantiasa mendekatkan diri dalam ketaatan kepada Sang Pemberi keberhasilan, sebab dia tidak tahu, apakah keberhasilan itu wujud dari sayang atau kebencian Allah. Terlalu sulit membedakan keberhasilan sebagai wujud ujian, musibah, atau istidraj.

Keberhasilan adalah sebagian rezki Allah, ukuran rezki hanya keberkahan.  Keberkahan tidak  ditentukan oleh jumlah, tetapi ditentukan oleh akibat dari keberkahan. Apakah rezeki itu membawa ketenteraman dalam kataatan kepada Allah. Atau sebailknya rezeki itu memabawa kegelisahan dan pembangkangan kepada Allah.

Strategi memperoleh keberhasilan berbeda pada setiap orang. Jika keberhasilan diawali dengan niat mendapatkan keridhaan Allah semata, maka langkahnya dimulai dengan do'a,  ikhtiar optimal, kerja keras, kesungguhan, kegigihan, penuh semangat, memanfaatkan setiap moment dan waktu, dan diakhiri dengan tawakkal. Ketika berhasil dinikmati dengan penuh rasa syukur dan tawadhu'. 

Jika belum berhasil dia ikhlas dan sabar, sembari terus belajar dan memuhasabah diri atas dosa dan kesalahan di sepanjang proses ikhtiar, tetap dalam ketaatan bahwa semua proses bernilai ibadah, dan tetap husnusdzon bahwa itu yang terbaik dan terindah di sisi Allah.

Namun jika keberhasilan diniatkan bukan untuk selain Allah, maka do'a bisa jadi nomor enam puluh delapan, menghalalkan segala cara,  mendzalimi manusia lain, dan memanipulasi segala bahan, sehingga ketika berhasil bersyukur hanya polesan, dan tawadhu' hanya hiasan lisan. Jika belum berhasil ia menyalahkan banyak insan bahkan Tuhan.

Apapun makna yang diberikan terhadap keberhasilan, keberhasilan tetap suatu tingkat pencapaian. Maka jangan paksakan ukuran keberhasilan kita pada siapa pun, jangan banggakan keberhasilan kita pada siapapun, sebab orang punya ukuran dan makna keberhasilan yang berbeda. Walahu A'lam Bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar